Jakarta, 6 Jumadil Akhir 1438/5 Maret 2017 (MINA) – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menjelaskan pentingnya Indonesia bergabung dalam kerja sama negara di lingkar luar Samudera Hindia atau yang dicakup dalam Konferensi Tingkat Tinggi Indian Ocean Rim Association (KTT IORA) memasuki usianya yang ke-20. Salah satunya agar dapat memanfaatkan besarnya potensi di kawasan, maka kestabilan dan perdamaian harus terus dipelihara.
“Inilah arti penting IORA Concord yang akan dihasilkan dalam IORA Leader’s Summit,” ujar Retno baru-baru ini sambil menjelaskan rangkaian pertemuan IORA Leader’s Summit yang berlangsung 5-7 Maret 2017.
Retno menambahkan, Indonesia telah menunjukkan kepemimpinannya di APEC dan di ASEAN, “Saatnya Indonesia menampilkan kepemimpinan di IORA dengan menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi yang pertama dan menghasilkan concord.”
IORA Concord akan memberikan platform bagi negara-negara untuk menghadapi tantangan masa kini dan mendatang. IORA bercita-cita memajukan berbagai kerja sama di bidang ekonomi. Namun sejarah membuktikan, pertumbuhan ekonomi tidak akan berkelanjutan tanpa didukung kestabilan dan perdamaian.
“Indonesia ingin memastikan Samudera India yang stabil dan damai. Concord menjelaskan norm setting agar negara-negara berkomitmen terhadap hukum dan perjanjian internasional, termasuk UNCLOS 1982,” jelasnya.
Visi dalam concord ini tidak terlepas dari implementasi pilar Poros Maritim pemerintahan Presiden Joko Widodo. Melalui diplomasi maritim, Indonesia akan mengisi kekosongan di Samudera India dan memanfaatkan peluang ekonomi.
Menlu Retno menjelaskan bahwa bagian barat Samudera India adalah pasar yang telah tergarap. Indonesia ingin memanfaatkannya sebagai sumber investasi dan pariwisata. Sedangkan bagian timur yang relatif belum tergarap, “Melalui IORA, kita ingin jadikan bagian timur Samudera India, pintu akses kerja sama dengan negara-negara di Afrika dan Timur Tengah.”
Di balik diplomasi maritim di IORA, Indonesia memprediksikan bahwa Samudera adalah kawasan masa depan. Sekitar 2,7 miliar penduduk dunia dari 21 negara berada di kawasan ini. Setengah dari negara G-20 juga ada di Samudera India. Lebih lanjut, perairannya telah menjadi sarana transportasi dunia dan menyimpan berbagai sumber daya alam.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
Dijelaskan pula rangkaian Leader’s Summit, yaitu pertemuan tingkat Pejabat Tinggi (Senior Officials Meeting – SOM, 5 Maret), pertemuan tingkat Menteri (Council of Ministers Meeting – COMM, 6 Maret) dan pertemuan tingkat Puncak (Leaders Summit, 7 Maret).
Retno mengakui partisipasi pertemuan ini melebihi harapan, “Dari 21 negara, telah dipastikan kehadiran 16 pemimpin dan 5 di tingkat menteri.” Di sela-sela konferensi, akan diatur sejumlah pertemuan bilateral di tingkat Kepala Pemerintah maupun Menteri.
Keuntungan bagi Indonesia
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita baru-baru ini mengungkapkan konferensi itu menjadi pintu masa depan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Menurutnya, negara IORA memiliki peran yang sangat penting dan strategis terutama sebagai pendorong stabilititas ekonomi di kawasan Samudera Hindia.
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah
Dia menuturkan negara yang tergabung dalam IORA umumnya berada di kawasan Samudera Hindia yang merupakan kawasan yang sangat strategis. Menurut Enggar 70 persen jalur perdagangan di dunia melalui Samudera Hindia. Salah satu kegiatan ekonomi yang penting Samudera Hindia adalah sebagai jalur distribusi minyak dan gas.
Sebagaimana dilaporkan media, tidak hanya itu, perdagangan intra-regional IORA di tahun 2015 juga meningkat 300 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 nilai perdagangan antara negara-negara IORA mencapai 777 miliar dolar AS atau tumbuh dibandingkan tahun 1994 yang masih di angka 233 miliar dolar AS. Sehingga bisa disimpulkan bila IORA merupakan forum kerja sama antar negara terbesar di kawasan Samudera Hindia, Indonesia bisa mengambil keuntungan. (T/RE1/RI-1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hingga November 2024, Angka PHK di Jakarta Tembus 14.501 orang.