Montevideo, Uruguay, 24 Rabi’ul Akhir 1437/3 Februari 2016 (MINA) – Para menteri kesehatan di seluruh kawasan Amerika akan bertemu untuk berbagi pengetahuan dan penelitian tentang virus Zika.
Menteri Kesehatan dari Komunitas Amerika Latin dan Karibia (CELAC) mengadakan pertemuan di Montevideo, Uruguay, Selasa (2/2) waktu setempat, untuk membahas situasi virus Zika yang menyebar dengan cepat dan juga kasus demam berdarah di kawasan.
Pertemuan itu atas permintaan Presiden Brasil Dilma Rousseff, negara paling terdampak virus Zika, dengan lebih dari 1 juta kasus yang sudah terdeteksi. Media Telesur Tv melaporkan.
Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos, mengatakan selama KTT CELAC ke-4 yang digelar pekan lalu di Quito, Ekuador, ia dan rekan-rekan sejabatnya sepakat untuk mengajak para kesehatan menteri duduk satu meja untuk berbagi pengalaman dan menghadapi krisis Zika.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Zika adalah masalah baru, tidak ada informasi atau pengalaman sebelumnya, jadi semakin kita bekerja sama, semakin efektif kita akan menangkal epidemi ini,” ujar Santos.
Di Kolombia, virus Zika telah memengaruhi lebih dari 2.000 orang dan telah dikaitkan dengan keberadaan mikrosefali pada bayi yang baru lahir dalam beberapa bulan terakhir. Mikrosefali adalah kondisi medis dimana lingkar kepala bayi lebih kecil dari ukuran normal akibat otak tidak berkembang dengan sempurna.
Masalah itu menyebabkan pemerintah di kawasan mengimbau kaum perempuan untuk menunda kehamilan selama enam hinga 12 bulan ke depan untuk mencegah kasus mikrosefali baru.
Kolombia bukan satu-satunya yang mengeluarkan kebijakan penundaan kehamilan. El Salvador juga menyarankan perempuan untuk tidak hamil selama dua tahun ke depan, sesuatu yang membuat marah aktivis hak-hak perempuan sejak negara ini terkenal karena memiliki undang-undang antiaborsi yang ketat serta pemahaman kontrasepsi dan pendidikan seks yang tidak memadai.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tidak memiliki bukti hubungan antara malformasi dan Zika, tetapi berjanji untuk mempelajari konsekuensi dari virus itu. Organisasi itu mengatakan di Brazil setidaknya ada 4.180 kasus mikrosefali yang terdeteksi.
WHO mengadakan pertemuan darurat untuk menilai tindakan yang akan dilakukan di tingkat global. Penyakit ini 75% tanpa gejala dan sejauh ini belum terdapat obat atau vaksin untuk mencegah demam Zika sehingga WHO mendeklarasikan virus ini menjadi ‘darurat kesehatan masyarakat global’.
Menurut WHO, efek dari fenomena El Nino ikut membawa dampak negatif terhadap peningkatan kasus Zika. (T/P022/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan