Khartoum, 3 Jumadil Awwal 1437/11 Februari 2016 (MINA) – Pejabat Mesir, Ethiopia dan Sudan bertemu di Khartoum pada Selasa (9/2) waktu setempat membahas proposal teknis untuk mempelajari dampak dari konstruksi bendungan raksasa Sungai Nil di Ethiopia, Grand Ethiopian Renaissance Dam.
Delegasi ketiga negara bertemu di ibukota Sudan, Khartoum, masing-masing diwakili oleh sebuah komite teknis, sepakat menyerahkan proposal studi kelayakan kepada dua perusahaan Perancis, All Africa melaporkan.
Usulan tentang studi potensi dampak bendungan telah dikirim bulan lalu ke tiga negara untuk ditinjau menjelang putaran perundingan.
Mesir, Ethiopia dan Sudan telah beberapa tahun terhenti dalam negosiasi atas bendungan di Ethiopia dan Mesir, yang dikhawatirkan akan memiliki efek merugikan pada pengguna Sungai Nil.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Sungai Nil merupakan salah satu sungai terpanjang di dunia, mengalir sejauh 6.650 km dan melewati sembilan negara, yaitu: Ethiopia, Mesir, Sudan, Zaire, Kenya, Uganda, Tanzania, Rwanda dan Burundi.
Sumber Sudan mengatakan bahwa tiga komite menyetujui anggaran keuangan untuk perusahaan dibagi sama rata, menurut sebuah pernyataan di situs Kementerian Luar Negeri Ethiopia.
Artelia Group, yang menawarkan manajemen proyek konsultasi dan jasa, terutama air dan lingkungan, ditunjuk untuk melaksanakan 70 persen dari studi. Sisa pekerjaan lainnya akan dilakukan oleh BRL Group yang menawarkan jasa konsultasi khusus air dan lingkungan.
Tiga negara telah sepakat bahwa kontrak dengan dua perusahaan akan ditandatangani paling lambat pertengahan Februari.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Bulan lalu, Menteri Air dan Irigasi Mesir Hossam Moghazi sudah mulai melakukan studi untuk menentukan dampak dari bendungan air yang mencapai Mesir dan Sudan, serta efek pada hasil listrik dari bendungan yang sudah ada. Mesir memiliki dua bendungan besar, yaitu Aswan High Dam dan Sudan Merowe Dam, proyek-proyek listrik tenaga air.
Studi juga mengidentifikasi efek dari pengaruh lingkungan, ekonomi dan sosial dari bendungan di Mesir dan Sudan, Menteri Moghazi menambahkan.
Mesir, Ethiopia, dan Sudan telah mengadakan lebih dari 10 putaran perundingan selama dua tahun terakhir, guna menjamin bahwa bendungan hidroelektrik tidak akan mengurangi kapasitas Sungai Nil.
Pembicaraan tripartit di Khartoum pada Desember lalu menyepakati “Khartoum Dokumen” yang menetapkan mekanisme untuk menyelesaikan masalah berkaitan dengan bendungan Sungai Nil. Dokumen menetapkan kerangka waktu delapan bulan sampai satu tahun untuk menyelesaikan studi teknis.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Selama beberapa dekade, Mesir telah menerima 55 miliar meter kubik air sungai Nil setiap tahun, sebagai pengguna terbesar.
Mesir sangat bergantung pada sungai Nil sebagai sumber utama air dalam pertanian. Namun Ethiopia juga merasa berhak menggunakan air sungai itu untuk pembangunan, dengan menciptakan listrik menggunakan bendungan. Kedua negara telah menegaskan beberapa kali bahwa mereka tidak akan merugikan kepentingan masing-masing negara. (T/P4/R05)
Mi’raj Islamci News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa