Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misteri Buah Khuldi (Bagian 2)

Rana Setiawan - Kamis, 10 Desember 2020 - 03:57 WIB

Kamis, 10 Desember 2020 - 03:57 WIB

51 Views

Oleh : Wildan Alami, Founder Tokoh Nasional Learning Centre

Hikmah Buah Khuldi

Pertama, manusia sebetulnya sudah sudah diberi tempat terbaik (surga).

“Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai.”

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Tempat terbaik di akhirat adalah surga. Tempat yang di dalamnya mengandung segala jenis kenikmatan, baik itu kenikmatan spiritual karena sangat dekat dengan Dzat Allah, kenikmatan psikologis karena di tempat itu segalanya serba mudah. Apapun yang diinginkan bisa terujud seketika dengan fasilitas yang super canggih. atau kenikmatan biologis karena tersimpan berbagai jenis makanan yang enak yang disukai oleh manusia, dan jenis pasangan (bidadari) yang mempesona yang disenangi oleh manusia.

Setelah dilantik menjadi khalifah di bumi, Adam ditempat-tinggalkan di surga untuk menikmati segala karunia Illahi. Untuk menemaninya, kemudian diciptakanlah Siti Hawa dari tulang rusuk kirinya. Pasangan yang suci bersih, cantik dan mempesona. Adam dan Hawa tidak ditempatkan di neraka, di bumi atau di planet manapun yang sebetulnya bisa saja Allah melakukan itu jika mau.

Surga merupakan tempat bagi orang-orang yang mulia (memiliki level spiritual yang tinggi), tempat bagi orang-orang yang suci dari dosa, dan tempat abadi yang tiada ujungnya. Penempatan di surga ini menandakan bahwa pada dasarnya manusia telah memiliki kedudukan yang mulia, kesucian diri, dan keabadian hidup.

Suatu keadaan yang diinginkan oleh seluruh manusia yang sebetulnya sudah diberikan oleh Allah SWT. Jika saja Adam dan Hawa tidak tergelincir ke dalam pernagkap iblis dan diusir dari surga, manusia tentu tidak perlu capai-capai menguji keimanannya di bumi, memperbanyak amal, berjihad dengan jiwa dan harta untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.)”

Dalam hal ini manusia juga adalah makhluk yang pada dasarnya kurang bersyukur. Kurang menyadari, merasakan karunia Illahi, dan selalu merasa kekurangan sehingga masih tergoda terhadap sesuatu yang dilarang. Padahal masih banyak makanan yang diperbolehkan oleh Allah untuk dinikmati, manusia tetap saja menginginkan untuk memakan buah terlarang itu. Dan karena ketida-bersyukurannya itu Allah menarik semua karunia yang telah diberikan olehnya “Lain Syakartum laaziidannakum, wa lainkafartum inna ‘adzaabi lasyadiid” “Barang siapa bersyukur niscaya Allah akan tambahkan nikmatnya itu, dan barang siapa yang kufur, sesungguhnya adzab Allah itu sangatlah pedih”

Kedua, dosa besar itu adalah pengkhianatan.

“Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu..?”

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Allah mengampuni kekhilafan Nabi Adam tapi dia tidak membatalkan hukumannya (pengusiran) Adam dari surga. Allah murka hanya karena Adam dan Hawa memakan sejenis buah kecil. Buah itu hanya bisa dicicipi saja tidak sampai kenyang. Nabi Adam langsung merasakan sakit perut setelah buahnya masuk ke pencernaan. Artinya kalau hanya sedikit buah yang dimakan. Hanya sedikit dampak buruk racun di dalamnya yang membuat kerusakan tubuh Adam dan Hawa. Meskipun secara psikologis telah mampu membuka pakaian pakaian Adam dan Hawa sehingga auratnya nampak.

Artinya yang membuat Allah murka bukanlah dampak fisiologis dari buah itu, tapi pelanggaran Adam dan Hawa atas sebuah larangan yang Allah telah wanti wanti dengan keras sebelumnya. Melaksanakan larangan Allah, berarti menjalankan perintah dari selain Allah. Menjalankan perintah dari selain Allah berarti ada yang dipertuhankan oleh Adam waktu itu selain Allah, yaitu Iblis. Inilah yang membuat Allah Murkan, sebuah pengkhianatan menandakan satu kemusyrikan.

Satu kemusyrikan adalah dosa terbesar yang menuntut adanya hukuman yang berat. Mengkhianati Allah sama dengan mempermainkan Allah, dan mempermainkan Allah sama dengan menghinakan, menyepelekan atau menganggap remeh kepada Allah, dan itu adalah perbuatan yang menyinggung Allah dan membuat-Nya marah besar. Atas kedzaliman terbesar itu Ia tetap menjalankan hukumannya meskipun mengampuni kekhilafan Adam dan Hawa.

“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain.”

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Ketiga, hasrat ber-eksistensi adalah aurat manusia.

“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga). Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”.”

Apa yang menyebabkan Adam dan Hawa termakan bujuk rayu sehingga melupakan wasiat Allah..? Satu iming-iming kesucian setara malaikat, suatu kedudukan tinggi, dan keabadian hidup dalam surga yang penuh kenikmatan.

Kesucian/kemuliaan, kedudukan tinggi dan keabadian hidup menyenangkan merupakan instrumen-instrumen pendukung eksistensi (keberadaan/kebermaknaan/pengakuan) hidup.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Eksistensi ini adalah naluri/kebutuhan dasar hidup manusia sebagai sifat yang ditanamkan oleh Allah untuk menunjang tugas kekhalifahan manusia. Dengan adanya hasrat mengada, dan terus ada inilah manusia akan terpacu untuk memimpin, menguasai, memelihara dan mewujudkan nama besarnya di muka bumi.

Kesucian setara malaikat akan membuat manusia menjadi makhlul termulia yang sihormati dan disegani oleh makhluq lain. Kedudukan tinggi akan membuat manusia berada posisi paling atas diantara makhluq lain. Posisi teratas secara sosial ini akan membuat manusia dita’ati dan dituriti perintah dan keinginannya oleh makhluq lain.

Keabadian hidup dalam kenikmatan ini juga akan memberi kekuatan yang besar karena segala kebutuhan hidupnya terpenuhi serta menunjang dan mengekalkan keberadaan dan kebermaknaan hidup manusia. Kekuatan, kesucian dan keabadian inilah yang akan membuat manusia diakui, diperhitungkan dan diikuti keinginannya.

Hasrat eksistensi ini merupakan sifat paling egois/egocentris (sesuatu yang berpusat pada diri, selalu ingin jadi subjek) dan juga individualistik (mementingkan diri sendiri).

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Sifat negatif yang ada pada lapisan terdalam (alam bawah sadar) diri manusia. Sifat ini yang akan mendorong sifat tidak mempedulikan orang lain dan juga tidak ingin mengikuti orang lain (kehendak merdeka).

Sifat-sifat inilah yang akan membuat relasi antar manusia menjadi tidak harmonis, senantiasa bersaing dan berkonflik. Membuat manusia menjadi sangat buas, sangat serakah dan sangat agresif. Hanya ingin dihargai tanpa mau menghargai, hanya ingin memiliki tanpa ingin memberi. Hanya ingin memerintah tanpa ingin dititah.

Oleh karena sifat ini cenderung negatif dan destruktif terhadap tatanan kehidupan manusia yang diseting secara kolektif (bergandengan sengan oang lain), kolaboratif (berbaur) kooperatif (bekerja sama) dan sistemik (tersusun dengan formasi yang teratur).

Sifat ini tidak boleh nampak/terlihat oleh orang lain. Karena akan melunturkan kehormatan dan harga diri manusia. Akan membuat manusia nampak tidak bermoral dan akan menampakan sifat asli manusia yang memalukan. Maka sifat ini dikategorikan “aurat” atau “sesuatu yang tidak boleh terlihat”. 

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Aurat tidak boleh dibuka karena akan menyinggung/tidak menghormati orang lain karena sama-sama memiliki hasrat eksistensi. Dengan menampakan hasrat eksitensi diri, maka sesornag telah menghalangi orang lain untuk mengekspresikan hasrta eksitensinya.

Aurat menjadi seuatu yang tidak boleh terlihat karena mengandung pesona yang akan menimbulkan hasrat menikmati/memiliki/menaklukan.

Oleh karena itu, aurat ini tidak boleh dilihat kecuali oleh orang yang mukhrim (haram dinikahi/sudah dinikahi). Agar jikapun terjadi hubungan saling menaklukan, hubungan saling menikmati pesona diri, itu berada dalam bingkai kalimah Illahi, segalanya dilakukan oleh dan untuk kepentingan Allah.

Oleh karena aurat ini tidak boleh dilihat oleh orang lain, maka menutup aurat juga menutup peluang agar orang lain tidak berbuat maksiat (melihat seuatu yang terlarang). Inilah yang melahirkan syari’at menutup aurat dan menjaga pandangan (ghadul bashor).

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Keempat, iblis adalah penghasut yang militan (pejuang keras dan cerdas).

Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya.

Penghasut militan adalah subjek yang mempengaruhi fikiran orang lain agar mengikuti keinginannya untuk tujuan tertentu. Para penghasut measuk ke dalam alam berfikir ornag lain dengan membawa idenya sehingga idenya ini seolah menjadi ide orang lain. Menjamah perasaanya, membangkitkan nafsunya sehingga ornag itu memiliki keingin besar untuk melakukan sesuatu yang digagasnya.

Sampai-sampai orang lain itu tergerak mengikuti keinginan dia dengan sendirinya, atas kesadaran dirinya sendiri. Disebut militan karena iblis ini pejuang keras dan pekerja cerdas, tak kenal lelah, dan tak mau menyerah meskipun hambatan menghadang selalu mencari celah. Membuat langkah-langkah yang tepat sasaran.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

Sifat keras dan cerdasnya itu juga nampak ketika iblis gagal membujuk adam yang imannya kuat. ia langsung membujuk istrinya yang cenderung lebih menggunakan perasaan daripada logika. Sehingga iblis dengan mudah menggodanyanya dengan bau yang wangi, membawakan buah itu ke hadapan hawa.

Sehingga ketika hawa sudah memakannya dan ia meminta adam untuk ikut juga memakannya, adampun akhirnya ikut memakan buah itu. Disini terlihat iblis pandai memperalat orang lain yang tak dicurigai untuk memuluskan misinya. Ia selalu tak mau kalah dan mencari celah.

Selanjutnya iblis datang seolah seperti seorang yang memberi pertolongan kepada saudaranya. Iblis seolah menawarkan kebaikan, menawarkan petunjuk yang akan membawa adam dan hawa pada keselamatan. “Sesungguhnya aku termasuk orang yang memberi nasehat”. Iblis datang tidak sebagai musuh, padahal ia begitu memusuhi Adam & Hawa. Ketika iblis datang sebagai saudara ia dapat dengan mudah diterima dan didengarkan nasehatntya.

Kelima, buah Khuldi adalah buah ujian keimanan.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh

“dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.”

Buah khuldi adalah buah terlarang dan berbahaya bagi kesehatan fisik dan psikis manusia. Tapi di lain sisi, buah khuldi di letakan dekat, tanpa pagar, tanpa perlindungan, tanpa pengamanan yang ketat. Buah khuldi juga dibuat dengan tampilah yang menarik, menggugah selera sehingga orang yang melihatnya akan tertarik dan terangsang untuk memakannya.

Kalaulah buah itu memang terlarang kenapa Allah tidak meletakannya pada tempat yang sulit dijangkau, dan sulit diraih oleh adam dan hawa. Kalaulah buah itu memang buah yang berbahaya kenapa tidak dibuat dengan tampilah yang jelek, aroma yang berbau busuk sehingga orang akan menjauhinya bahkan membuangnya.

Dinilah letak keunikannya, buah khuldi diciptakan bukan hanya tentang seberapa bahayanya. Tapi tentang seberapa kuat iman Adam dan hawa dalam mematuhi larangan-Nya.

Kalaulah buah khuldi itu diletakan di tempat yang jauh, dengan kotak yang terbuat dari baja, dan digembok kuat. tentu orang yang lemah iman pun akan dengan mudah menjauhi larangan Allah. Kalau saja buah khuldi itu dibuat dengan tampilan yang jelek, bau busuk dan rasa yang tidak sedap, tentu orang yang tidak beriman pun akan dengan mudah menghindarinya bahkan akan membuangnya karena menjijikan.

Adamdan Hawa diuji kepatuhan menghindari larangan ditengah segala kemudahan untuk melakukannya. Adam dan Hawa diuji keyakinan akan bahawa buah itu ditengah aroma yang harum, tmapilan yang mengguah selera serta rasa yang sedap. Disinilah diuji seberapa kuat ikatan Adam dan Hawa pada Dzat Allah.

Jika dia mematuhi larangan Allah, maka ia terikat kuat dengan dzat Allah. Jika dia mendekati dan memakan buah itu maka dirinya lebih terikat (beriman) kepada iblis yang membujuknya.(AK/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
Breaking News
Kolom