Ramadhan Bulan Kaum Mukminin (Tazkirah Menjelang Buka #13)

Oleh: Prof Madya Dr Abdurrahman Haqqi, Wakil Pengarah Pusat Penyelidikan Mazhab Syafi’i, UNISSA Brunai Darussalam

Tidak seperi biasanya, seorang tok guru pada suatu hari selepas habis mengajar, meminta murid-muridnya untuk membawa cermin pekan depan. Murid pun saling berpandangan tanda ke tidakfahaman dan keheranan mereka akan permintaan tok guru mereka itu.

Alhasil, datanglah hari bersejarah itu. Ada yang membawa cermin buatan sendiri dan adayang bawa buatan luar negeri dengan jenama terkenal dari Itali, Prancis atau hiasan Jepang atau Indonesia. Hanya Soleh seorang yang tidak membawa cermin.

Tok guru pun merasa sedih melihat ragam murid-muridnya.

Tok Guru; (dengan suara hambar karena terlihat gelombang materialisme melanda murid-muridnya) ”Terima kasih karena murid-murid membawa apa yang ustaz minta. Semoga murid-murid mendapatkan pahala dan keberkahan karena melaksanakan permintaan ustaz. Tapi, hai Soleh, kenapa kamu tidak bawa cermin sedangkan kawan-kawan kamu semuanya membawanya?”

Baca Juga:  Ammo Baba, Pelatih Bola Legendaris Irak

Soleh: “Ampun seribu ampun, ustaz. Soleh bukannya mau menolak permintaan ustaz. Soleh sengaja tak membawa cermin seperti kawan-kawan Soleh karena menurut Soleh cermin itu sudah ada bilik belajar ini.”

“Di manakah cermin itu. Soleh?”, guru menyela.

Soleh: ”Ini, kawan-kawan Soleh semuanya adalah cermin Soleh, ustaz. Bukankah ustaz pada suatu hari pernah memaklumkan kepada kami sebuah hadis Nabi berbunyi: al-Mukmin Mir’atu akhihi yang bermaksud seorang mukmin itu merupakan cermin bagi saudaranya yang lain. Jadi Soleh pun tak membeli cermin yang terbentuk nyata karena kawan-kawan Soleh inilah cermin sebenarnya bagi Soleh.”

Pak Guru pun mengangguk dan tersenyum kerana ada muridnya yang memahaminya.

Baca Juga:  Sejarah Hardiknas, Mengenang Bapak Pendidikan Indonesia 

Pada bulan seribu bulan yang penuh berkah dan rahmat ini, Allah menjadikannya bagi kita untuk meningkatkan tali persaudaraan kita. Tali persaudaraan yang diisytiharkan Al-Quran dengan artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.” (Al-Hujarat:10)

Sepatutnya pada bulan ini mukminin lebih menyadari mengenai tali persaudaraa mareka.

Tapi ironisnya, sekarang di kalangan mukminin ada tingkah laku mereka bertentangan dengan keimanan mereka. Mereka diperintahkan oleh al-Quran untuk tidak berburuk sangka, malah mereka melakukannya. Dengan demikian, mereka telah dimisalkan dengan orang memakan, daging saudaranya. (Al-Hujarat: 12)
Na’uzu billahi min zalik.

Junjungan Besar kita pun SAW pernah bersabda: “Jauhkanlah diri kamu daripada buruk sangka, kerana buruk sangka itu sedusta-dusta percakapan (hati). Janganlah kamu mencari-cari isu janganlah kamu mengintai-intai, janganlah kamu bersaing (yang tidak sihat), janganlah kamu dengki mendengki dan janganlah kamu saling membenci. Jadilah kamu hamba-hamba Allah orang yang bersaudara. Muslim adalah saudara bagi muslim lainya tidak boleh dia menganiayabya. Takwa itu adalah tempatnya disini (sambil menunjuk dadanya). Seseorang itu cukup menjadi jahat kerana dia menghina saudaranya yang Muslim. Ingatlah. seorang Muslim terhadap Muslim lain haram darah, kehormatan dan hartanya. (Hadis Riwayat Al Bukhari)

Baca Juga:  Kisah 70 Tahun Lalu, Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne

Pada bulan yang penuh kemuliaan ini, marilah kita sungguh-sungguh memahami makna beriman dalam kehidupan yang beraneka ragam. Mari kita buktikan bersama-sama bahawa kasih sayang adalah dasar utama terciptanya kedamaian hidup.

Ya Allah, kabulkanlah cita-cita kami untuk wujudkan penyayang yang tersinar daripada iman kami dan Engkau pun reda. Aamiin!

13 Ramadan 1444H/4 April 2023M

(A/Haq/RS2/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.