Jakarta, MINA – Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando mengatakan, Perpusnas berencana melakukan digitalisasi buku dalam program e-deposit, mulai tahun 2018 karena mutlak diperlukan.
“Dari banyak pengguna internet di Indonesia, maksimum hanya 2,5 persen yang mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyebab utamanya, pangkalan data berbasis digital yang menyediakan informasi tersebut sangat minim di Indonesia,” kata Syarif dalam diskusi masalah e-deposit di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2017 di JCC, Ahad (10/9).
Syarif beralasan, kutipan yang bersumber dari media sosial belum dapat dijadikan sebagai referensi akademik, karena itu, perlu dilakukan digitalisasi buku, sehingga pembaca dapat berselancar di internet dan mendapatkan referensi yang dapat dikutip.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jabodetabek Hari Ini: Hujan Ringan hingga Sedang
“Kenapa banyak perpustakaan harus beralih ke digital? Ini sebagai informasi awal saja. Apakah akan tetap konvensional atau digital, kembali ke pembacanya apakah lebih menyukai buku fisik atau konten digital,” ujar Syarif.
Sementara itu, ia menjelaskan, program digitalisasi buku telah dimulai sejak 17 Agustus 2016. Kini sudah ada 12 ribu judul buku dalam bentuk digital.
Targetnya, pada 2019 minimum sudah 500 ribu judul buku dapat disajikan dalam bentuk digital. Jumlah ini masih sangat minim dibandingkan jumlah penduduk Indonesia.
Nantinya, kata Syarif, penerbit yang ingin menyalurkan buku ke Perpusnas harus dibarengi dengan file buku tersebut dalam bentuk document.
Baca Juga: Sheikh Mahmoud Anbar: Empat Alasan Operasi Badai Al-Aqsa oleh Pejuang Palestina
Program e-deposit rencananya akan dimulai pada 2018. Tanpa menyebut jumlah pasti, ia menganggap kegiatan ini tak terlalu mengambil porsi besar. Namun, kegiatan ini sangat penting dilakukan. (L/R06/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Paripurna DPR Sahkan RUU Nomor 2 Tahun 2024 tentang Provinsi DKJ