Musibah Silih Berganti

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA), Pengasuh Ma’had Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI) Bekasi

datang silih berganti, seolah tiada henti, menimpa manusia di segenap penjuru dunia ini. Mulai dari tanah longsor di pedesaan, gunung yang tadinya diam tiba-tiba meletus, banjir di perkotaan, kebakaran di perumahan padat penduduk, bumi yang mengguncang, dan sebagainya.

Kokohnya benteng ternyata tak sanggup menahan longsoran tanah. Drainase yang tertata rupanya tak mampu menampung air yang terus menerjang. Demikian pula teknologi tinggi pun ternyata tidak kuasa menghadapi getaran lindu.

Demikianlah, musibah beragam jenis bentuknya. Ada yang menimpa jiwa seseorang, ada yang menimpa anggota badannya, ada yang menimpa hartanya, ada yang menimpa keluarganya, dan ada yang menimpa lingkungan sekitarnya.

Allah mengingatkan bahwa itu semua hakikatnya adalah ujian dari Allah, agar hamba-hamba-Nya bersabar. Seperti firman-Nya :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ

Artinya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah [2] : 155).

Pada hadits pun dikatakan bahwa jika kita menerima musibah itu dengan sabar, maka Allah akan memberikan ampunan kepada kita. Seperti disebutkan:

مَنْ اُصِيْبَ بِمُصِيْبَةٍ بِمَالِهِ اَوْ فِى نَفْسِهِ فَكَتَمَهَا وَ لَمْ يَشْكُهَا اِلَى النَّاسِ كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ اَنْ يَغْفِرَ لَهُ. الطبرانى

Artinya : “Barangsiapa yang ditimpa musibah pada hartanya atau dirinya, lalu dia menyembunyikannya dengan tidak mengeluh kepada manusia, maka haq atas Allah untuk mengampuninya”. (H.R. ath-Thabrani dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu).

Si lainnya adalah, bahwa musibah, wabil khusus alam yang dahsyat, itu menunjukkan tanda-tanda kekuasaan dan kekuatan Allah Tuhan semesta alam. Karena itu, apabila segala upaya sudah dilakukan, telah berlindung juga kepada-Nya, musibah tetap kita jumpai, dan memang tiap manusia pasti mengalami musibah. Maka langkah terbaik menghadapinya adalah dengan menyerahkannya kepada Allah atau disebut dengan istirja’ (mengembalikan kepada-Nya).

Di dalam Al-Quran Allah mengajarkan :

…..وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

Artinya : “…..Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ (Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 155-157).

Pada bagian lain, ini semua sekaligus menunjukkan kelemahan kita sebagai manusia dan mengakui kekuasaan Allah Yang Maha segala-galanya.

Allah, pencipta segala sesuatu, satu-satunya pemilik seluruh makhluk. Dialah Allah yang menghimpun gumpalan awan, yang menerangi bumi, yang mengubah arah angin, yang menetapkan burung-burung tetap di langit, yang menyemai benih, yang menentukan detak jantung manusia, dan yang menjaga planet-planet pada orbitnya.

Kekuasaan Allah antara lain disebutkan di dalam ayat :

ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ سَبۡعَ سَمَـٰوَٲتٍ۬ وَمِنَ ٱلۡأَرۡضِ مِثۡلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ ٱلۡأَمۡرُ بَيۡنَہُنَّ لِتَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬ وَأَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَحَاطَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عِلۡمَۢا

Artinya : “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (Q.S. Ath-Thalaq [65] : 12).

Lebih daripada itu, Allah pun menyebutkan bahwa semua kejadian itu sudah tercatat di Lauhul Mahfudz, sudah menjadi kehendak-Nya. Seperti dalam firman-Nya :

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ. لِكَيْ لاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ

Artinya : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadid [57] : 22-23).

Akhirnya, dari musibah itu juga dapat menjadi pelajaran bagi orang beriman untuk meningkatkan taqwa kepada-Nya, memperbanyak istighfar, dan meningkatkan amal salihnya. Karena semua itu terjadi pasti mengandung berjuta hikmah bagi kebaikan orang beriman.

Bahkan kadang memang Allah sengaja menguji hamba-hamba-Nya, dengan maksud agar dia sadar dan bertaubat, karena Allah hendak mendengar suara hamba-Nya itu, suara istighfarnya.

Di dalam hadits qudsi disebutkan, yang maknanya, “Allah berfirman kepada malaikat-malaikat-Nya : Pergilah kepada hambaKu, lalu timpakanlah bermacam-macam ujian karena Aku ingin mendengar suaranya.” (HR Thabrani).

Semoga kita sebagai orang beriman dapat menyikapi musibah dengan tetap menyandarkan kepada Allah Sang Maha Pencipta alam semesta. Aamiin. (A/RS2/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: bahron

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.