Rasulullah ﷺ adalah teladan utama dalam hal kedermawanan, baik dalam jiwa maupun tangannya. Beliau diibaratkan seperti awan yang mengandung air, yang menurunkan hujan deras. Lebih cepat dalam kebaikan daripada angin yang berhembus. Kedermawanan adalah salah satu sifat terpuji yang sangat dianjurkan dan memiliki keutamaan besar di sisi Allah.
Berderma atau bersedekah memiliki makna yang luas, tidak terbatas pada harta benda. Bahkan, senyuman kepada saudara sesama muslim pun termasuk bentuk kedermawanan. Kita semua ingin menjadi orang yang beruntung di akhirat, memanen pahala dari amal kebaikan yang kita lakukan di dunia. Namun, tahukah sobat muslimah, ada kedermawanan yang sangat merugikan, dimana ia bisa diam-diam menghanguskan semua pahala yang telah kita kumpulkan? Ia adalah ghibah (menggunjing). Jika kita tidak menjaga lisan, pahala yang telah kita kumpulkan bisa berpindah ke orang lain tanpa kita sadari melalui perantara ghibah.
Ghibah adalah membicarakan keburukan orang lain di belakangnya, meskipun yang dikatakan itu benar. Rasulullah ﷺ pernah bertanya kepada para sahabat:
أتدرون ما الغيبة؟ قالوا الله ورسوله أعلم. قال ذكرك أخاك بما يكره. قيل أفرأيت إن كان في أخي ما أقول. قال إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته وإن لم يكن فيه فقد بهته
Baca Juga: Menjadi Manusia yang Penuh Kasih Sayang
“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Yaitu engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak ia sukai.” Seseorang bertanya, “Bagaimana jika apa yang saya katakan itu benar adanya?” Beliau menjawab, “Jika apa yang engkau katakan benar, berarti engkau telah menggunjingnya. Jika tidak benar, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)
Suatu hari, para sahabat mengabarkan kepada Rasulullah ﷺ tentang seorang wanita yang rajin beribadah. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang rajin shalat malam, berpuasa di siang hari, dan banyak bersedekah. Namun, ia juga sering menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
لا خير فيها، هي من أهل النار
“Tidak ada kebaikan pada dirinya, dia termasuk penghuni neraka.” (HR. Ahmad 9675, Ibnu Hibban 2054)
Baca Juga: Doa Mustajab untuk Muslimah Agar Hidup Lebih Tenang di Bulan Ramadhan
Hadis ini memberikan pelajaran besar bahwa ibadah yang banyak pun bisa menjadi sia-sia jika seseorang tidak menjaga akhlaknya, khususnya dalam menjaga lisan. Betapa meruginya seseorang yang bersusah payah mengumpulkan pahala, tetapi justru kehilangannya hanya karena tidak bisa menjaga lisannya.
Bayangkan, kita rajin membaca Al-Qur’an, shalat, puasa, bersedekah, haji dan menjenguk orang sakit. Berapa banyak pahala yang telah kita kumpulkan? Terlebih lagi di bulan Ramadhan. Namun, tiba-tiba semua pahala itu berpindah ke orang lain karena kita pernah membicarakannya.
Ibarat seseorang yang sukses dalam berbisnis dan memperoleh keuntungan besar, tetapi tiba-tiba semua uang di rekeningnya berpindah ke rekening orang lain tanpa ia sadari. Bukankah itu menyakitkan? Begitulah ghibah. Ia menguras pahala-pahala kita. Kita bekerja keras menabung amal, tetapi justru memberikannya secara cuma-cuma kepada orang lain.
Rasulullah ﷺ memperjelas hal ini dalam hadis berikut:
Baca Juga: Hidup Itu Seperti Game, Yuk Cek Level Kita!
أتدرون من المفلس؟ قالوا المفلس فينا من لا درهم له ولا متاع. فقال إن المفلس من أمتي يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة, ويأتي وقد شتم هذا وقذف هذا وأكل مال هذا وسفك دم هذا وضرب هذا, فيُعطى هذا من حسناته وهذا من حسناته, فإن فنيت حسناته قبل أن يقضى ما عليه, أخذ من خطاياهم فطرحت عليه ثم طرح في النار
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Menurut kami, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta.” Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun, ia juga datang dengan membawa dosa karena mencela orang ini, menuduh orang itu, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang, dan memukul orang lain. Maka, diberikanlah kepada masing-masing orang itu pahala kebaikannya. Jika kebaikannya telah habis sebelum selesai tuntutannya, maka dosa-dosa mereka dipindahkan kepadanya, lalu ia pun dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
Betapa mengerikannya! Seseorang yang sepanjang hidupnya rajin beribadah dan bersedekah, tetapi akhirnya bangkrut di akhirat karena lisannya yang tidak terjaga.
Ghibah juga memiliki dampak negatif pada kehidupan sosial dan psikologis, diantaranya:
Baca Juga: 6 Amalan Muslimah Penghuni Surga Firdaus
- Merusak Hubungan Pertemanan dan Ukhuwah Islamiyyah
Ghibah dapat menjadi racun dalam sebuah hubungan, baik itu pertemanan, keluarga, maupun ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim). Ketika seseorang mengetahui bahwa dirinya telah menjadi bahan pembicaraan negatif, rasa percaya yang telah dibangun dapat hancur seketika. Akibatnya, hubungan yang semula akrab bisa menjadi renggang, bahkan berakhir dengan permusuhan.
Islam sangat menekankan pentingnya menjaga ukhuwah. Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Dalam konteks ini, ghibah bertentangan dengan nilai-nilai ukhuwah, karena justru memperburuk hubungan antar sesama Muslim.
Baca Juga: Menyikapi Takdir dengan Syukur dan Husnudzan
- Menciptakan konflik dan perpecahan dalam komunitas
Ghibah bukan hanya merusak hubungan individu, tetapi juga berpotensi menciptakan ketegangan dalam komunitas. Sebuah kelompok yang dihiasi dengan kebiasaan menggunjing cenderung dipenuhi dengan prasangka buruk, ketidakpercayaan, dan fitnah.
Misalnya, dalam komunitas keagamaan, organisasi, atau bahkan di lingkungan kerja, ketika ada seseorang yang terus-menerus membicarakan keburukan orang lain, maka hal ini dapat memicu perpecahan. Orang-orang akan terpecah menjadi kubu-kubu yang saling mencurigai, dan keharmonisan dalam komunitas pun hilang.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Janganlah kalian saling membenci, jangan saling mendengki, dan jangan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Menjadi Muslimah yang Amanah
- Kehilangan kepercayaan dari orang lain
Orang yang sering bergunjing akan kehilangan kredibilitas dan kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya. Jika seseorang diketahui sebagai tukang ghibah, maka orang lain akan merasa waspada saat berbicara dengannya, khawatir bahwa ucapannya akan disebarluaskan dengan cara yang negatif.
Dalam dunia profesional, seseorang yang suka menggunjing rekan kerjanya dapat dianggap tidak profesional dan tidak bisa menjaga etika komunikasi. Akibatnya, ia bisa dijauhi atau bahkan kehilangan kesempatan dalam kariernya.
Dalam pergaulan sehari-hari, seseorang yang dikenal suka membicarakan keburukan orang lain akan dijauhi dan dianggap sebagai sosok yang tidak bisa dipercaya.
- Pelaku ghibah mengalami stres dan kecemasan
Meskipun sekilas terlihat bahwa pelaku ghibah hanya mengomentari orang lain, sebenarnya kebiasaan ini juga berdampak buruk pada kesehatan mentalnya sendiri. Orang yang sering menggunjing biasanya memiliki kecenderungan berpikir negatif dan penuh dengan rasa iri serta dengki terhadap orang lain.
Baca Juga: Menjaga Kualitas Ibadah Ramadhan Sambil Urusi Kerjaan dan Rumah Tangga, Emang Bisa?
Akibatnya, ia selalu gelisah dan tidak pernah merasa puas dengan kehidupannya sendiri. Selain itu, ada juga rasa takut jika orang yang digunjing mengetahui perbuatannya, sehingga menambah beban pikiran dan kecemasan.
Studi psikologi menunjukkan bahwa terlalu banyak memikirkan atau membicarakan keburukan orang lain dapat memperburuk kesehatan mental seseorang. Kebiasaan ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, bahkan dalam kasus tertentu bisa berkembang menjadi paranoia atau depresi.
- Kebiasaan menggunjing mempengaruhi kebahagiaan
Menggunjing sering kali menjadi kebiasaan yang tidak disadari, tetapi efeknya bisa sangat merugikan kebahagiaan seseorang. Orang yang terlalu sibuk membicarakan kekurangan orang lain seringkali lupa untuk mensyukuri kehidupannya sendiri.
Kebiasaan ini membuat seseorang terjebak dalam energi negatif, sehingga sulit merasa puas dan bahagia. Alih-alih fokus pada pencapaian pribadi dan kebahagiaan diri, orang yang suka ghibah justru sibuk mencari kesalahan orang lain.
Baca Juga: Panduan Shalat Tarawih di Rumah untuk Muslimah
Sebaliknya, orang yang mampu menahan diri dari ghibah, menjaga lisannya, dan selalu berpikir positif akan lebih mudah merasakan kebahagiaan. Rasulullah ﷺ mengajarkan:
“Seorang Muslim yang baik adalah yang meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi)
Dalam beribadah dan beramal saleh harus diiringi dengan lisan yang terjaga. Jangan sampai amal kebaikan kita menjadi “hadiah gratis” bagi orang yang pernah kita bicarakan. Biasakan berpikir sebelum berbicara. Jika suatu pembicaraan tidak membawa manfaat, lebih baik diam. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Tips Aman Puasa Ramadhan Bagi Ibu Menyusui
Semoga Allah menjaga kita dari lisan yang merugikan dan menjadikan kita orang yang benar-benar beruntung di dunia maupun di akhirat. Wallahu a’lam bishawab. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Di Tengah Kehancuran Gaza, Para Janda Berjuang Menghidupi Anak-anaknya