Jakarta, MINA – Peran muslimah dalam perjuangan pembebasan Masjidil Aqsa dan Palestina menjadi sorotan dalam kegiatan Ta’lim Muslimat bertema “Membangun Generasi Pembebas Masjidil Aqsa & Palestina dari Rumah”.
Acara ini digelar oleh Koordinator Muslimat Wilayah di bawah Yayasan Masyarakat Ta’awun Indonesia (MATAIN) di Masjid At-Taqwa, Cibubur, Ahad (28/9), dan diikuti hampir 1.000 peserta dari berbagai daerah Jabodetabek.
Kegiatan menghadirkan tiga narasumber: Ustazah Siti Wulandari, S.Pd.I, Ustazah Mimim Hamimah, S.Pd, dan Ustazah Maghfiroh, M.Ag.
Ustazah Siti Wulandari menekankan pentingnya visi perjuangan sejak sebelum menikah. Ia mencontohkan kisah Najmudin Ayyub dan Sit Khatun yang menikah karena memiliki misi bersama membebaskan Al-Aqsa.
Baca Juga: Presiden Prabowo Hadiri Akad 26 Ribu KPR Subsidi di Cileungsi
“Para muslimah, carilah pasangan yang memiliki visi pembebasan Masjidil Aqsa,” ujarnya. Ia juga mengingatkan agar ibu hamil meniatkan anaknya kelak menjadi generasi pembebas, sebagaimana doa Hannah, ibunda Maryam.
Sementara itu, Ustazah Mimim Hamimah menegaskan bahwa perjuangan membebaskan Al-Aqsa dimulai dari kesadaran muslimah sebagai mujahidah.
“Ibu adalah pendidik pertama bagi anaknya. Karena itu, seorang ibu harus cerdas dan mampu menanamkan literasi sejak dini,” jelasnya.
Menurutnya, selain mendidik anak, muslimah juga berperan sebagai penggerak dakwah di masyarakat dengan pendekatan yang sesuai.
Baca Juga: PWI Apresiasi Pengembalian Kartu Pers Wartawan CNN Indonesia oleh Istana
“Perjuangan ini bukan hanya tugas kaum lelaki, melainkan tanggung jawab seluruh umat Islam,” tegasnya.
Dalam sesinya, ia turut menghadirkan keluarga Fathurrahman, aktivis muda asal Indonesia yang tengah mengikuti misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla. Kehadirannya disebut sebagai bukti lahirnya generasi pejuang dari pendidikan keluarga dan komunitas yang baik.
Ustazah Maghfiroh menambahkan, keluarga sakinah mawaddah warahmah adalah fondasi penting dalam membangun generasi cinta Al-Aqsa. Ia menyoroti masalah minimnya literasi di kalangan kaum muslimah dan distorsi sejarah oleh Zionis menjadi tantangan dalam perjuangan.
Ia juga menambahkan fenomena-fenomena pada keluarga modern, seperti KDRT, perselingkuhan, perceraian, pornografi, hingga gaya hidup individualistis, serta jauh dari ketaatan kepada Allah harus diselesaikan terlebih dahulu.
Baca Juga: Bangunan Ponpes di Sidoarjo Ambruk, Puluhan Santri Terjebak Reruntuhan
“Kalau kita mau berjihad, PR di rumah harus selesai dulu,” tegasnya.
Menutup acara, Pembina Yayasan MATAIN, Nuruddin, berpesan agar para orangtua meneladani peran ibunda tokoh-tokoh besar Islam.
“Kita harus mempersiapkan anak-anak menjadi generasi bertaqwa, sebagaimana Muhammad Al-Fatih dan Shalahuddin Al-Ayyubi. Waspadai pergaulan yang menjerumuskan, agar mereka tumbuh sebagai pembebas Al-Aqsa,” ujarnya.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Keracunan Massal MBG Prabowo Disorot Media Internasional