Renungan Zanjabil #48
Oleh Prof. Madya Dr. Abdurrahman Haqqi, Fakultas Syariah dan Hukum Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam
ALLAH SWT berfirman maksudnya: “Dan telah kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam, dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: ‘Gantikanlah Aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerosakan”. (Surah Al-A’raf: 142)
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Pada mulanya Musa AS kena lockdown di Tur Sina untuk berpuasa selama 30 malam akan tetapi oleh kerena baginda melakukan kesilapan sederhana maka ditambah sepuluh malam lagi.
Imam Baidawi, al-Nasafi, al-Khatib dan al-Alusi menyebutkan bahawa Nabi Musa AS menjanjikan kepada Bani Israil ketika mereka berada di Mesir, jika Allah membinasakan Fir’aun, Allah akan mendatangkan untuk mereka kitab dan wasiat yang harus mereka jalankan.
Fir’aun dan tentaranya binasa dengan ditenggelamkan Allah di Laut Merah maka Nabi Musa AS memenuhi janjinya, baginda pun meminta kepada Allah Ta’ala kitab tersebut.
Allah SWT memerintahkannya untuk berpuasa 30 hari pada bulan Zulkaedah. Setelah selesai menjalankannya, Nabi Musa AS menghadap Allah Ta’ala, namun para malaikat menghadangnya, mereka mencium bau mulut Nabi Musa yang tidak sedap, baginda mengakui telah memakanan tumbuhan tertentu yang menimbulkan bau, lalu Allah Ta’ala memerintahkannya untuk menambah puasa 10 malam di bulan Zulijjah. Maka sempurnalah lockdown Musa AS 40 malam.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat
Mengapa lockdown? Sudah menjadi amalan para nabi dan juga diikuti orang-orang salih apabila mereka ingin bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT mereka beramal kebajikan dulu seperti berpuasa. Nabi Adam AS berpuasa ayyamul bid untuk menebus dosanya. Nabi Nuh AS yang mula berpuasa Ramadan sebulan penuh sebagai tanda terima kasih kepada Allah kerana.telah diselamatkan dari bah besar. Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan semua nabi alaihumusalam berpuasa.
Setelah Nabi Musa AS salam selesai berpuasa 40 hari, baginda bergegas berbicara kepada Allah agar diperbolehkan melihat-Nya, akan tetapi Allah Ta’ala menegaskan bahawa baginda tak akan dapat melihat-Nya. Firman Allah maksudnya: “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang telah kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar Aku dapat melihat kepada Engkau’. Tuhan berfirman: ‘Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) nescaya kamu dapat melihat-Ku’. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: ‘Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman’.” (Surah al-A’raf: 143)
Amantu billah
Wallahu a’lam. Semoga bermanfa’at.
Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan
Bandar Seri Begawan, 06/05/2020. (A/AH/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama