Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj News Agency (MINA), Duta Al-Quds
Bagi rakyat dan bangsa Palestina, tanggal 15 Mei selalu diperingati sebagai Hari Tragedi Pengusiran atau dikenal dengan Yaum an-Nakbah (Hari Nakbah). Peristiwa ini menandai krisis terbesar warga Palestina yang diciptakan oleh penjajahan Zionis Israel.
Tepat sehari setelah Zionis Israel mengumumkan negaranya secara sepihak di atas tanah jajahannya, 14 Mei 1948, pasukan militer mereka langsung mengadakan pengusiran besar-besaran terhadap 750.000 warga asli Palestina pemilik sah tanah itu, pada 15 Mei 1948.
Ratusan ribu warga mengungsi ke wilayah-wilayah yang berbatasan dengan wilayah kampung halaman mereka. Ada yang ke Lebaon yang juga tidak terlalu baik ekonominya, ke Yordania, Suriah, Irak, Yaman dan sebagainya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-11] Ragu-ragu Mundur!
Konpsirasi global dan konflik berdarah-darah di negeri-negeri kawasan Teluk pun membuat pengungsi Palestina di pengungsian negara-negara itu kembali mengungsi mencari daerah yang dipandang lebih aman. Sebagian meninggal di perjalanan, sebagian lainnya merambah daratan Eropa.
Kini, jumlah warga Palestina yang mengungsi dari rumah tinggalnya, semakin bertambah tahun justru semakin bertambah banyak. Menunjukkan pembersihan etnis (etnis cleansing), yang merupakan pelanggaran hak asasi yang terang-terangan di mata dunia. Kondisi 531 kota dan desa Palestina pun telah dihancurkan dan diganti dengan permukiman illegal Yahudi Israel.
Menurut Pusat Data Statistik Palestina, jumlah pengungsi Palestina yang tercatat pada Badan PBB untuk bantuan pengungsi Palestina UNRWA (United Nations Relief and Works Agency), sampai Januari 2014 saja berjumlah sekitar 5,4 juta pengungsi, atau sekitar 41,2 persen dari penduduk Palestina sekitar 12,1 juta orang. Jumlah ini pun masih merupakan perkiraan terendah jumlah pengungsi Palestina.
Dari jumlah tersebut jumlah pengungsi yang berusia kurang dari 15 tahun mencapai 39,9 % dan usia lansia mulai 60 tahun ke atas, berjumlah 4,2%.
Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”
Jumlah ini adalah yang terbanyak dari jumlah pengungsi yang ada di dunia, juga pengungsi ini yang paling lama mengungsi dan terusir dari kampung halamannya.
Di sejumlah negara, pengungsi Palestina mendapat perlakuan yang berbeda-beda. Ada yang disetarakan dengan warga negara di mana tempat mereka mengungsi, dan tidak sedikit dari mereka yang menderita, tidak bisa mendapatkan hak untuk bekerja meskipun pengungsi tersebut memiliki kapasitas yang mumpuni, kecuali pekerjaan-pekerjaan kasar.
Hak Kembali
Zionis Israel tidak hanya mengusir, setelah terusir, maka serangkaian undang-undang pun disahkan untuk mencegah mereka kembali ke rumah mereka. Banyak warga Palestina yang direbut kunci rumahnya, padahal kunci itulah yang menjadi simbol dari hak Palestina untuk kembali ke rumah.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
PBB sebenarnya telah mengeluarkan Resolusi Nomor 194 tentang hak semua pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah mereka (Haqqul ‘Audah). Hampir empat juta yang telah terdaftar di PBB.
Namun resolusi tinggal resolusi. Kepatuhan terhadap resolusi 194 begitu saja diabaikan oleh Zionis Israel. Zionis Israel selalu menolak dengan alasan masih terganjal “proses perdamaian”, atau sebenarnya mereka khawatir jika pengungsi Palestina kembali, maka akan membahayakan mayoritas warga Yahudi di sana.
Hingga hari ini, Israel masih memberlakukan agar hari-hari sepanjang masa adalah Hari Nakbah, Hari Bencana bagi Palestina. Israel dengan kesombongannya, tanpa perikemanusiaan sama sekali, telah melakukan pembersihan etnis secara terstruktur, sistematis dan berbahaya.
Bahkan kini, sehari sebelum peringatan 70 Tahun Nakbah Day, sekutu pendukung utama Zionis, Amerika Serikat (AS) menancapkan kuku arogansinya lebih dalam, dengan akan meresmikan Kedubesnya di Yerusalem, pindah dari sebelumnya di Tel Aviv.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Turki telah memperingatkan ’diamnya’ dunia Arab. Sementara warga Palestina di Jalur Gaza tengah mempersiapkan aksi perlawanan besar-besaran. Para pemuda di Tepi Barat mulai merangsek ke lokasi kedubes baru AS, untuk menentangnya.
Namun, semua taruhan pada Palestina untuk melupakan penderitaan mereka karena pengusiran bagi generasi baru ternyata tetap terjaga. Mereka generasi keempat atau kelima sejak 1948, yang tak mengalami langsung tragedi 1948 itu, ternyata tetap konsisten untuk mengambil hak mereka untuk kembali (global return) dan memiliki negara merdeka mereka sendiri dengan Yerusalem sebagai ibukota abadi.
Generasi baru Palestina, di dalam dan di luar Palestina, ketika ditanya dari mana mereka berasal, mereka pasti tetap akan menjawab dengan kota atau desa nenek moyang mereka lahir, bukan tempat mereka tinggal sekarang.
Warga Palestina percaya bahwa mereka akan kembali ke tanah airnya, tanah dan wakaf kaum Muslmin, tidak peduli entah berapa tahun, puluh atau ratusan tahun lagi mereka akan mengambilnya.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Kekuatan keyakinannya melebihi keyakinan Yahudi Israel tatkala hendak merebut Palestina sejak 1897 hingga 1948 saat itu. Kota dan desa boleh saja dihancurkan, kunci-kunci boleh pula dihilangkan, dan tanah pekarangan dan ladang bisa saja dibakar.
Namun, semangat perjuangan itu tidak dapat hancur, keinginan untuk kembali mengambil hak milik sendiri warisan tanah Muslimin tidak akan hilang, dan api semangat jihad untuk kemerdekaan bangsa Palestina serta pembebasan Al-Aqsha, Baitul Maqdis, dan Yerusalem dari penjajahan Zionis Israel akan selalu membakar.
Ya, membakar segala bentuk penindasan, kezaliman, kejahatan dan penjajahan satu bangsa atas bangsa lainnya. Bahan bakar itu kini terus mengalir dari dunia Islam pada khususnya dan internasional pada umumnya atas nama kemanusiaan.
Sementara jutaan kaum Muslimin dan manusia-manusia yang masih punya akal budi dan nurani, yang tak kuasa secara fisik, materi dan peralatan, berbondong-bondong mengirimkan senjata pamungkasnya, doa kepada Sang Pencipta.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Seuntai doa beredar di media sosial, “Ya Allah kami makhluk-Mu yang lemah, maka berilah kami kekuatan. Kami tiada daya ya Allah untuk melawan mereka. Hanya Engkaulah yang maha memberi peringatan. Maka berilah mereka peringatan-Mu. Lenyapkanlah kejahatan dan kebatilan mereka ya Allah. Sesungguhnyalah Engkau yg maha kuasa dan maha memberi peringatan kepada orang orang yg melewati batas…..
Ya Allah segera berikanlah pertolongan dan kemenangan kepada saudara-saudara Muslim kami di Palestina dan memberikan balasan yang menghinakan buat AS, zionis dan kroni-kroninya.” Aamiin. (A/RS2/RS1)
Miraj News Agency (MNA)
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa