Beijing, 26 Rabi’ul Awwal 1438/26 Desember 2016 (MINA) – Cina dan Sao Tome and Principe secara resmi menandatangani pemulihan hubungan diplomatik di Beijing, Senin (26/12), setelah negara pulau di barat Afrika itu secara tergesa-gesa memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan pekan lalu.
Para perwakilan dari kedua belah pihak, termasuk Menteri Luar Negeri China Wang Yi, menandatangani buku di depan masing-masing bendera mereka di Beijing pada Senin, VOA melaporkan yang dikutip MINA.
Manuver ini merupakan kemenangan buat Cina, yang menganggap Taiwan yang berpemerintahan sendiri sebagai bagian dari teritoriumnya.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
Sebagian besar negara di dunia tidak secara resmi mengakui Taiwan sebagai syarat untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Cina dalam pola “one China policy”.
Beijing dan Taipei telah bersaing mendapatkan sekutu untuk sebagian besar dari hampir tujuh dekade sejak berakhirnya perang saudara di Cina pada tahun 1949, ketika pemerintahan Nasionalis yang kalah mengungsi lewat Selat Taiwan.
Dewan Urusan Daratan Pemerintah Taiwan menuding Cina menggunakan ‘diplomasi uang’ untuk mendorong Sao Tome and Principe memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Taipei.
Analis politik mengatakan Cina bermanuver untuk membuat negara itu menjauh dari Taiwan dan diprediksi akan ada sejumlah negara lain yang mendekat ke Beijing tahun 2017.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
“Mereka (Cina) akan terus mengintensifkan tekanan terhadap pemerintah Presiden (Taiwan) Tsai Ing-wen,” ujar Liu Yi-Jiun, profesor urusan publik di Fo Guang University di Taiwan. (R11/P1)
Miraj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina