Washington, 16 Dzulhijjah 1435/10 Oktober 2014 (MINA) – Para pemimpin Afrika Barat yang negaranya terjangkit virus Ebola mengatakan respon dunia untuk menanggulangi penyakit itu terbilang lambat.
“Kecuali kita cepat menghentikan epidemi Ebola, tidak hanya masa depan Afrika Barat yang dipertaruhkan, tapi mungkin juga seluruh Afrika,” Jim Yong Kim, Presiden Bank Dunia, mengatakan pada Kamis (9/10) dalam pertemuan khusus membicarakan Ebola di Washington, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Orang-orang kami sedang sekarat,” kata Presiden Sierra Leone, Ernest Bai Koroma, Kamis, melalui video konferensi pada pertemuan tersebut.
Koroma mengatakan dunia tidak menanggapi dengan cepat di mana dokter dan perawat terus mati.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Seorang dokter kelahiran Uganda, John Taban Dada, meninggal Kamis pagi oleh Ebola di sebuah pusat perawatan di pinggiran ibukota Liberia, Monrovia.
Dia adalah dokter keempat yang meninggal di negara Afrika Barat sejak wabah meluas. Lebih dari sembilan puluh petugas kesehatan, termasuk perawat dan asisten dokter, telah tewas oleh virus.
Menurut angka terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 3.865 orang telah tewas oleh Ebola, terutama di negara-negara Afrika Barat seperti Guinea, Liberia dan Sierra Leone.
WHO mengatakan Liberia dan Sierra Leone adalah negara paling parah, ranjang tidur pasien hanya mencukupi seperempat kebutuhan.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Bahkan Liberia telah menghentikan pemilu Senat di seluruh negeri itu setelah komisi pemilihan mengaku tidak akan mampu menggelar pemungutan suara dengan aman.
Sementara itu, seorang pria Inggris yang diduga tertular virus Ebola telah meninggal di Macedonia, kata seorang pejabat senior pemerintah Macedonia, Kamis.
Pejabat yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters, warga Inggris kedua juga menunjukkan gejala virus.
Dia mengatakan, keduanya menginap di sebuah hotel di ibukota Skopje hingga staf hotel dan kru ambulans membawanya untuk pengobatan.
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Di Australia, seorang relawan Palang Merah, berusia 57 tahun, yang kembali pada Selasa dari Sierra Leone ke kota Cairns, juga diduga terinfeksi. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza