Jakarta, MINA – Sebanyak 23.413 kepala keluarga (KK) korban gempa bumi, tsunami dan likuifasi di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang membutuhkan hunian sementara (Huntara).
Berdasarkan rapat koordinasi terakhir yang digelar pada Rabu (24/10) lalu, jumlah Huntara tersebut hanya diperuntukan untuk KK yang rumahnya mengalami kerusakan berat.
“Pembangunan Huntara tersebut akan dilakukan secara bertahap yang akan memakan waktu selama dua bulan. Namun, tanpa menunggu semua unit yang dibangun selesai, warga bisa langsung menempati,” tegas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (26/10).
Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat pemindahan pengungsi dari tenda yang kondisinya kurang layak dan sebentar lagi akan memasuki musim hujan.
Untuk memenuhi jumlah tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah membangun sebanyak 1.400 unit barak yang tiap satu barak menampung 12 KK sehingga 14.400 KK dapat dipenuhi.
Sementara itu, 9.013 sisanya akan dibangunkan Huntara dengan bantuan atau partisipasi masyarakat dan pihak swasta, di antaranya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sedang membangun 100 unit Huntara, Baznas rencananya akan membangun 2.000 unit, Palang Merah Indonesia mendirikan 10 Kamp Terpadu yang mampu menampung 1.739 KK dan BUMN membangun 1.500 unit.
Pembangunan unit Huntara akan tersebar di 12 titik yang sebagian besar berada di atas tanah lapangan, lahan masyarakat, dusun Sibalaya dan terletak di daerah yang aman dari bencana likuifasi.
Untuk daerah-daerah yang sulit di jangkau bantuan, BNPB mengakui ada beberapa daerah diantaranya desa Lindu, Kowali, Kolawi Selatan, dan Titikor. Daerah tersebut sulit terjangkau karena jalan menuju lokasi tertutup oleh longsor sehingga BNPB menggunakan Holikopter untuk mengirimkan bantuan. (L/Sj/RI-1)
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Ilmu Senjata Terkuat Bebaskan Al-Aqsa
Mi’raj News Agency (MINA)