PELAJARAN DARI NYAMUK

Nyamuk

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسۡتَحۡىِۦۤ أَن يَضۡرِبَ مَثَلاً۬ مَّا بَعُوضَةً۬ فَمَا فَوۡقَهَا‌ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡ‌ۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ڪَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَـٰذَا مَثَلاً۬‌ۘ يُضِلُّ بِهِۦ ڪَثِيرً۬ا وَيَهۡدِى بِهِۦ كَثِيرً۬ا‌ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦۤ إِلَّا ٱلۡفَـٰسِقِينَ

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik”(QS. Al-Baqarah, 2:26)

Kendati semua makhluk hidup adalah ayat Allah, uniknya ada sejumlah binatang yang secara khusus disebut dalam Alqur’an. Satu diantaranya adalah nyamuk.

Mungkin banyak di antara kita yang menganggap nyamuk sebagai serangga yang biasa saja, atau bahkan menjengkelkan karena suka mengganggu orang tidur. Akan tetapi pernyataan: “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu” semestinya mendorong kita untuk memikirkan kelebihan binatang ini.

Meski kadang ulah serangga kecil ini cukup memusingkan masyarakat dan pemerintah lantaran menjadi media penyebaran virus demam berdarah, namun secara alami, nyamuk ternyata memiliki sistem pengendali populasi bagi sesamanya.

Nyatanya, tak semua nyamuk yang hidup pekerjaannya menghisap darah. Menurut Harun Yahya, anggapan bahwa nyamuk adalah penghisap dan pemakan darah tidaklah sepenuhnya benar. Hanya nyamuk betina yang menghisap darah dan bukan yang jantan.

Di samping itu, nyamuk betina menghisap darah bukan untuk kebutuhan makan mereka. Sebab baik nyamuk jantan maupun betina, keduanya hidup dengan memakan “nectar“, yakni cairan manis yang disekresikan oleh sari madu bunga. Satu-satunya alasan mengapa nyamuk betina, dan bukan jantan, menghisap darah adalah karena darah mengandung protein yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan telur nyamuk. Dengan kata lain, nyamuk betina menghisap darah untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya.

Bila nyamuk betina membutuhkan protein dalam darah, juteru nyamuk jantan tidak memerlukan darah untuk hidupnya. Lalu apa makanannya? Disinilah bukti keadilan dan kebesaran Allah terlihat jelas. Ternyata nyamuk jantanlah yang menjadi kunci penyeimbang dalam populasi nyamuk di dunia, dengan cara memakan sebagian dari jentik-jentik nyamuk yang ada.

Subhanallah, bisa dibayangkan sekiranya Allah tidak memerintahkan nyamuk itu mengendalikan populasinya, betapa penuh dunia ini dengan nyamuk dan tentu betapa repot untuk memberantasnya.

Lagipula, masa hidup seekor nyamuk di dunia hanya berkisar maksimal selama 14 hari saja. Bahkan mahluk lainnya juga turut menjadi pengendali keberadaan serangga-serangga pendengung itu, seperti ikan, belut dan cicak.

Dalam Alqur’an, Allah seringkali menyeru manusia untuk mempelajari alam dan menyaksikan “ayat-ayat” yang ada padanya. Semua makhluk hidup dan tak hidup di jagat raya ini dipenuhi “ayat” yang menunjukkan bahwa alam semesta seisinya telah diciptakan. Di samping itu alam ini adalah pencerminan dari ke-Mahakuasaan, Ilmu dan Kreasi Penciptanya. Adalah wajib bagi manusia untuk memahami ayat-ayat ini melalui akalnya, sehingga ia pun pada akhirnya menjadi hamba yang tunduk patuh di hadapan Allah.

Nyamuk telah diciptakan Allah secara lengkap beserta dengan sistem pengendalinya sejak pertama kali ia ada. Dan Pencipta yang Maha Sempurna ini adalah Allah. Karena itulah, Allah memerintahkan agar manusia memperhatikan perumpamaan ini sekaligus sebagai peniadaan bahwa tak akan ada diantara kita yang mampu membuatnya. Hingga hari ini, belum ada manusia yang mampu membuat nyamuk walau hanya sayapnya saja.

Namun kepongahan manusia juga yang meremehkan perumpamaan tentang nyamuk.  Manusia juga yang kerap merusak sistem ekosistem canggih ini, dengan kecerobohannya sendiri.  Penggunaan insektisida dan racun lainnya, tanpa ampun menghabisi mahluk pengendali lainnya. Yang terjadi, populasi nyamuk tak terkendali dan wabah demam berdarah tak tertanggulangi.

Begitulah, seringkali hati kita tertutupi dari memahami kebesaran Allah pada makhluk-Nya yang tampak kecil dan tak berarti. Hanya dengan nyamuk yang kecil saja, manusia sudah kelabakan dengan dan gangguannya. Lalu bagaimana kita bisa berlaku sombong terhadap kebesaran Allah Sang Pencipta Alam Semesta? Wallaahu a’lam. (Imam Santoso/wartawan Mi’raj Islamic News Agency/R01)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0