Peneliti Energi Gabriel Mitchell: Turki Bergantung Pada Gas Rusia

Washington, MINA – Peneliti keamanan energi dan politik regional Mediterania Timur, Gabriel Mitchell mengatakan, sangat bergantung pada gas impor dari Rusia.

“Impor gas dari Rusia menyumbang 45% dari pasokan gas alamnya. Selain itu, Turki juga tergantung pada pariwisata dan perdagangan dari Rusia,” ujarnya Mitchell, yang juga Direktur Studi Sarjana di Universitas Notre Dame di Tanur, Yerusalem.

Ia menanggapi kunjungan Presiden Israel Isaac Herzog menemui Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, Rabu-Kamis (9-10 Maret). The Medialine melaporkan, Kamis (10/3).

Menurutnya, kerjasama dalam gas alam akan menjadi topik utama bagi Israel dan Turki.

Bahkan sebelum perang di Ukraina pembicaraan itu sudah dimulai. “Sekarang, percakapan itu akan menjadi lebih relevan,” lanjutnya.

Ia menambahkan, hubungan kedua negara yang lebih kooperatif juga akan memungkinkan mereka dalam mengatasi beberapa kepentingan keamanan mereka di kawasan itu.

Pada konferensi pers bersama dengan Herzog, Erdogan mengatakan, Ankara siap untuk bekerja sama dalam proyek-proyek energi.

“Perkembangan terakhir yang terjadi di wilayah kami menunjukkan sekali lagi pentingnya keamanan energi,” kata Erdogan.

Presiden Turki menambahkan, Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Fatih Dönmez akan mengunjungi Israel untuk melakukan pembicaraan untuk meningkatkan perdagangan bilateral.

Mitchell mengatakan, prospek Israel dan Turki bekerja sama dalam jaringan pipa gas menjadi lebih masuk akal sejak perang di Ukraina, tetapi masih ada hambatan besar.

Salah satu rintangan terbesar adalah meyakinkan Siprus untuk menerima jaringan pipa di dekat wilayahnya di mana Turki, saingan lamanya, terlibat, imbuhnya.

Padas bagian lain, Kristian Brakel, kepala kantor Turki untuk Yayasan Heinrich Böll, mengatakan, kerjasama gas alam Israel dan Turki akan menjadi cara paling logis bagi negara-negara kawasan untuk bekerja sama.

Brakel mengatakan, tanda-tanda kedua negara sedang mengerjakan topik gas “akan menunjukkan bahwa hal-hal di antara mereka meningkat secara substansial.”

Negara-negara Barat mendapat tekanan untuk mengurangi ketergantungan mereka pada sejak invasi.

Uni Eropa mengumumkan berencana untuk mengurangi impor tahun ini dan Jerman menangguhkan persiapan untuk memulai layanan pada pipa Nord Stream 2 yang akan menyediakan gas murah Rusia ke ekonomi terbesar Eropa.

Sementara di , Rusia dapat menimbulkan ancaman bagi anggota NATO Turki, di mana kedua negara memiliki garis pantai yang panjang.

Presiden Erdogan saat ini sedang mencoba untuk mencairkan hubungan dengan beberapa negara, untuk menarik investasi asing sebagai tanggapan atas krisis ekonomi di negaranya. (T/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.