Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penembak Polisi di Dallas adalah Dokter Hewan Militer

Rudi Hendrik - Sabtu, 9 Juli 2016 - 13:52 WIB

Sabtu, 9 Juli 2016 - 13:52 WIB

505 Views

Dallas, 4 Syawwal 1437/9 Juli 2016 (MINA) – Pelaku penembak jitu yang membunuh lima petugas keamanan Amerika Serikat (AS) di Dallas, Texas, adalah seorang dokter hewan militer yang bernama Mikha Xavier Johnson (25).

Militer AS mengatakan pada Jumat (8/7), Johnson adalah mantan tentara di Angkatan Darat AS dari kota terdekat Mesquite. Ia pernah diterjunkan ke Afghanistan yang memiliki catatan kriminal dan tidak berhubungan dengan kelompok teror.

Polisi juga mengatakan ia “tidak berafiliasi” dengan kelompok dan mengaku bertindak atas kemauannya sendiri, demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Insiden penembakan itu terjadi pada Kamis (7/7) malam saat berlangsungnya protes damai Black Lives Matter di seluruh negeri terkait pembunuhan polisi kulit putih terhadap seorang warga AS kulit hitam di seluruh negeri.

Baca Juga: Kapal Wisata Mesir Tenggelam di Laut Merah, 17 Penumpang Hilang

Departemen Kepolisian Dallas mengatakan, saat itu para petugas ditembak oleh penembak jitu dari posisi yang tinggi.

Menurut Dallas Morning News, tujuh perwira dan dua warga sipil terluka.

Johnson sendiri telah tewas setelah ditembak oleh polisi.

Dallas adalah kota terbesar ketiga di negara bagian Texas, tempat tinggal bagi sekitar 1,3 juta orang.

Baca Juga: Dokter Palestina Kumpulkan Dana untuk Pendidikan Kedokteran di Gaza

Dilaporkan bahwa tersangka mengaku marah pada orang kulit putih dan dia ingin membunuh orang kulit putih, terutama petugas kulit putih.

Johnson melakukan baku tembak dengan polisi dan kemudian terbunuh ketika polisi meledakkan peledak milik tersangka dengan robot di garasi parkir El Centro College di pusat kota Dallas.

Polisi mengatakan bahwa negosiasi gagal dan polisi melihat tidak ada pilihan lain selain menggunakan robot bom.

Sementara tiga tersangka lainnya saat ini dalam tahanan polisi.

Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas

Serangan ini dianggap yang terburuk terhadap petugas keamanan AS setelah peristiwa 11 September 2001. (T/P001/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris

Rekomendasi untuk Anda

Amerika
Internasional
Amerika