Jakarta, MINA – Indonesia diminta menolak dengan tegas langkah Amerika Serikat (AS) yang berencana mengakui Alquds (Yerusalem) sebagai Ibu kota Israel.
Pengamat politik internasional Arya Sandhiyudha bereaksi. “Apabila ini benar terjadi maka akan menjadi kemunduran luar biasa bagi upaya kemerdekaan Palestina,” ujarnya seperti dalam keterangannya kepada media, Selasa (5/12) di Jakarta.
“Telah menjadi fatsun kita untuk terus berdiri menantang penjajahan Israel. Sebagaimana founding fathers kita telah gaungkan dan tanamkan sejak dahulu,” Direktur Eksekutif MaCDIS ini menegaskan.
Menurut Arya, perkembangan ini jelas dalam perspektif Indonesia sangat memprihatinkan. Adanya laporan bahwa AS bersiap untuk mengumumkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel akan menjadi kesalahan fatal dan bertentangan dengan kesepakatan internasional, resolusi PBB dan fakta sejarah.
Ia menyatakan, “Langkah seperti itu dinilai akan merusak semua upaya perdamaian dan memicu ketegangan dan konflik baru. Indonesia harus mengirimkan pesan agar pemerintah AS segera menghindari kesalahan ini. Mempertahankan status quo Yerusalem dan Haram al-Sharif sebagai milik bersama secara internasional sangat penting bagi semua pihak, keberlangsungan perdamaian bagi anak segala bangsa.”
Arya melihat bahwa Presiden Jokowi dapat memanfaatkan kedekatannya dengan banyak pemimpin dunia.
“Segera melakukan komunikasi via telepon dengan Presiden Mahmud Abbas, Presiden Erdoğan, dan pemimpin negara lainnya menegaskan pentingnya pembentukan sebuah negara Palestina yang berdaulat dengan Yerusalem timur sebagai ibukotanya dan pelestarian status Yerusalem & Haram al-Sharif untuk perdamaian dan keamanan,” pungkas WNI pertama penerima Doktor Bidang Hubungan Internasional dari kampus Turki tersebut. (R/R11/P1)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Ilmu Senjata Terkuat Bebaskan Al-Aqsa