Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengusiran Menteri, Erdogan: Belanda, Eropa Akan “Bayar Mahal”

Rudi Hendrik - Senin, 13 Maret 2017 - 05:19 WIB

Senin, 13 Maret 2017 - 05:19 WIB

358 Views

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (AP Photo/Burhan Ozbilici)

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (AP Photo/Burhan Ozbilici)

Ankara, 13 Jumadil Akhir 1438/12 Maret 2017 (MINA) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam Belanda saat berpidato pada Ahad (12/3) dengan mengatakan bahwa negara Eropa akan “membayar harga” pengusiran terhadap menteri Turki.

“Hei Holland! Jika Anda mengorbankan hubungan Turki-Belanda demi pemilu pada hari Rabu (15/3), Anda akan membayar harganya,” kata Erdogan, demikian The New Arab memberitakan yang dikutip MINA. “Mereka akan belajar apa itu diplomasi.”

Pemerintah Turki dibuat marah tentang keputusan Belanda untuk mendeportasi Menteri Keluarga Turki Fatma Betul Sayan Kaya yang berencana untuk berbicara dengan ribuan warga diaspora di Rotterdam, Belanda.

Menteri Kaya mengatakan bahwa dia diperlakukan “tidak manusiawi” oleh pemerintah Belanda.

Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia

Belanda juga menolak izin pesawat Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu untuk mendarat di negara itu pada Ahad, di saat ketegangan kedua negara kian memanas.

Cavusoglu memperingatkan Belanda dari “konsekuensi” atas tindakannya.

“Kami memiliki langkah-langkah lain dalam pikiran kami. Kami sudah mulai berencana. Kami pasti akan mengambil langkah-langkah dan banyak lagi,” katanya.

Ketegangan muncul setelah Turki menghadapi kecaman dari beberapa negara Uni Eropa – termasuk Belanda – karena berusaha mengirim menterinya untuk mengampanyekan rencana referendum di Turki kepada warga Turki di negara-negara Eropa.

Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri

Turki berencana melakukan referendum pada April mendatang untuk melihat apakah rakyat Turki setuju dengan sistem presidensial.

Sementara itu, Perdana Menteri Belanda mengatakan bahwa pemilih di Belanda adalah warga Belanda, bukan warga Turki.

Menurutnya, demonstrasi ribuan warga diaspora di depan konsulat Turki yang dihadiri oleh menteri bawahan Presiden Erdogan mengancam keamanan publik. (T/RI-1/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Eropa
Internasional
Internasional
Internasional