Khartoum, MINA – Pertempuran sengit kembali mengguncang ibu kota Sudan pada Ahad (30/4/2023) meski ada pengumuman gencatan senjata 72 jam dan mantan perdana menteri memperingatkan risiko “mimpi buruk” turun ke perang saudara skala penuh.
Pasukan tentara bentrok dengan paramiliter di Khartoum dalam permusuhan mematikan yang telah memasuki pekan ketiga, dengan gencatan senjata terbaru yang dilanggar secara luas.
Gencatan senjata baru dijadwalkan berakhir secara resmi pada Kamis (4/5/2023), The New Arab melaporkan.
“Telah terjadi pertempuran sengit dan tembakan keras,” kata seorang warga Khartoum selatan kepada wartawan.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Baku tembak juga dilaporkan terjadi di sekitar markas tentara di pusat Khartoum. Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) melakukan serangan udara di kota Omdurman di seberang Sungai Nil, menurut saksi mata.
Polisi Cadangan Pusat, sebuah unit paramiliter lain, dikerahkan di seluruh Khartoum untuk “melindungi properti warga” dari penjarahan, kata pasukan itu, membenarkan pernyataan militer.
Kepolisian mengatakan telah menangkap 316 “pemberontak”, mengacu pada pejuang Pasukan Dukungan Cepat paramiliter, tetapi hal ini tidak dikonfirmasi oleh RSF, yang sebelumnya telah memperingatkan polisi agar tidak bergabung dalam pertempuran.
Negara-negara asing telah bergegas untuk mengevakuasi warganya melalui udara, darat dan laut sejak pertempuran membuat negara itu dilanda kekacauan pada 15 April.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Pesawat Palang Merah pertama membawa delapan ton bantuan kemanusiaan ke Port Sudan, dari Yordania, termasuk bahan bedah dan peralatan medis untuk menstabilkan 1.500 pasien.
Jutaan orang Sudan telah mengalami kekurangan air, makanan, obat-obatan, dan persediaan dasar lainnya yang melumpuhkan, sementara puluhan ribu telah melarikan diri ke negara tetangga, dengan lebih banyak lagi yang sedang dalam perjalanan.
Pertempuran tersebut merupakan puncak perebutan kekuasaan antara panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan Mohamed Hamdan Daglo, kepala RSF atau juga dikenal sebagai Hemeti.
Mantan perdana menteri Sudan Abdalla Hamdok memperingatkan pada Sabtu (9/4/2023) terhadap konflik yang memburuk menjadi salah satu perang saudara terburuk di dunia.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
“Tuhan melarang jika Sudan mencapai titik perang saudara yang penuh. Suriah, Yaman, Libya akan menjadi permainan kecil (dibandingkan Sudan),” kata Hamdok dalam sebuah acara di Nairobi. “Saya pikir itu akan menjadi mimpi buruk bagi dunia”. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)