Cox’s Bazar, MINA – Perlawanan Muslim Myanmar telah merekrut sekitar 500 pengungsi Rohingya di kamp-kamp di Bangladesh untuk bergabung dalam perang di tanah air mereka, di mana pertempuran antara faksi-faksi yang bersaing meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir, kata para pengungsi kepada Radio Free Asia (RFA).
Anggota pejuang Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) dan Organisasi Solidaritas Rohingya yang lebih kecil telah membawa sesama pengungsi Muslim Rohingya dari kamp untuk pelatihan militer, kata orang-orang yang tinggal di kamp terbesar di dunia di tenggara Bangladesh.
RFA tidak dapat menghubungi kelompok tersebut untuk dimintai komentar maupun pihak berwenang yang bertanggung jawab atas kamp-kamp di Bangladesh.
Laporan-laporan tersebut, jika benar, bisa menjadi pertanda meningkatnya konflik di Negara Bagian Rakhine, Myanmar barat.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Penduduk di Rakhine mengatakan, junta Myanmar telah menekan anggota minoritas Rohingya yang teraniaya untuk membantu memerangi kelompok Tentara Arakan, salah satu kekuatan perlawanan paling kuat di Myanmar yang mendapat dukungan dari komunitas mayoritas etnis Rakhine yang beragama Buddha di negara bagian tersebut.
“Semua orang lari dari kamp,” kata seorang pengungsi Rohingya yang menolak disebutkan namanya karena khawatir akan keselamatannya.
“Anak-anak di bawah usia 18 tahun ditangkap dan dijual kepada kelompok-kelompok tersebut. Konon mereka dikirim ke pihak Burma untuk memperkuat pertempuran, tetapi saya tidak tahu siapa yang mereka lawan,” kata pengungsi tersebut.
Para pengungsi tersebut ditahan di kamp-kamp tersebut antara tanggal 29 April hingga 8 Mei, sebagian besar dari mereka berusia antara 14 hingga 30 tahun, kata pengungsi tersebut. Dia mengeluh bahwa pihak berwenang Bangladesh tidak melakukan apa pun untuk menghentikan penculikan, yang rata-rata terjadi pada sekitar satu pemuda per rumah tangga.
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Pejuang ARSA telah menyerang serangkaian pos perbatasan pemerintah Myanmar pada tahun 2017, yang memicu tindakan keras oleh tentara Myanmar yang menyebabkan sekitar satu juta penduduk desa Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Pasukan perlawanan yang berupaya menentukan nasib sendiri di negara bagian tersebut, semakin kuat setelah kekerasan tersebut. ARSA kini menjadi salah satu kelompok utama Myanmar yang memerangi pasukan junta untuk mengakhiri kekuasaan militer.
Penduduk desa Rohingya yang masih tinggal di Myanmar tampaknya semakin berisiko ketika tentara junta dan pemberontak Arakan bertempur.
Sejak Tentara Arakan meningkatkan serangannya terhadap militer pada bulan November, kedua belah pihak dituduh merekrut atau membunuh warga Rohingya dari kamp pengungsi di Negara Bagian Rakhine.
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza
Hampir satu juta pengungsi tinggal di kamp-kamp di distrik Cox’s Bazar, Bangladesh, menurut angka terbaru PBB. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata