Pesan untuk Penghafal Al-Qur’an (Oleh: Ridwan Ansyori, Mahasiswa STISQABM)

Oleh , Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Shuffah Al-Qur’an Abdullah bin Mas’ud (STISQABM)

Menjadi penghafal Al-Qur’an tentu menjadi impian umat Muslim, baik muda maupun tua, kaya ataupun miskin. Jika ditanya apakah ingin hafal Al-Qur’an? Tentu secara jujur imannya ia akan menjawab “ingin”.

Menghafal Al-Quran itu sendiri dapat dilakukan dengan cara mengulang-ulang ayat Al-Qur’an hingga hafal.

Selanjutnya, dalam proses menghafal Al-Qur’an, seseorang akan memperoleh keutamaan-keutamaan yang telah dijanjikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui lisan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.

Di antara keutamaan-keutamaannya sebagai berikut:

Mendapatkan Syafaat dari Al-Qur’an

اقرءوا القران فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه

“Bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang memberi syafa’at kepada para pembacanya pada hari Kiamat nanti.” (HR. Muslim)

Menjadi Sebaik-baiknya Manusia

خير كم من تعلم القران و علمه

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR.Muslim)

Menentukan Derajat Surga

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ : اقْرَأْ وَارْتَقِ، وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا ؛ فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

“Dikatakan kepada pembaca Al Qur’an (ketika masuk surga), “Bacalah dan naiklah! Bacalah dengan tartil sebagaimana dahulu engkau membacanya dengan tartil di dunia, karena kedudukanmu sesuai dengan akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Ahmad)

Memiliki Kedudukan Khusus di Sisi Allah

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ “. قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هُمْ ؟ قَالَ : ” هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ : أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ “.

“Sesungguhnya Allah memiliki orang-orang yang dekat dari kalangan manusia.” Para sahabat berkata, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah ahli Al-Qur’an, orang yang dekat kepada Allah dan memilki kedudukan khusus di sisi-Nya.” (HR. Ibnu Majah)

Al-Quran Melaknat

Meski memperoleh keutamaan-keutamaan yang luar biasa, penghafal Al-Qur’an juga mendapatkan ancaman jika menghafal tapi tidak disertai dengan mentadaburi dan mengamalkan Al-Qur’an.

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menukilkan ‘atsar dari Anas ibn Malik tentang banyaknya pembaca Al-Qur’an namun Al-Qur’an melaknat orang tersebut.

رب تال القران و القران يلعنه

“Alangkah banyaknya pembaca Al-Qur’an namun Al-Qur’an melaknatnya.”

Mengapa Al-Qur’an melaknat pembacanya? Karena orang tersebut hanya sekedar membaca Al-Qur’an tidak disertai dengan mentadaburi dan mengamalkannya. Ketika ia membaca tentang ayat riba, namun ia menjadi pelaku riba, ketika ia membaca ayat tentang larangan, namun ia melanggar larangan tersebut. Dan masih banyak ayat-ayat yang ia lewati namun ia tidak mengamalkannya.

Bahkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengabarkan bahwa akan ada manusia yang membaca Al-Qur’an, namun hanya sampai kerongkongan saja, Al-Qur’an tidak sampai masuk ke dalam hati.

يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ

“Akan keluar manusia dari arah Timur dan membaca Al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat keluar dari agama sebagaimana halnya anak panah yang melesat dari busurnya. Mereka tidak akan kembali kepadanya hingga anak panah kembali ke busurnya.” (HR. Bukhari)

Hadis tersebut menekankan seseorang untuk mentadaburi Al-Qur’an di samping membacanya. Ketika seseorang enggan untuk mentadaburi Al-Qur’an, maka akan memungkinkan hatinya tertutup, sesuai dengan Firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam Al-Qur’an Surah Muhammad ayat 24:

افلا يتدبرون القران ام على قلوب اقفالها

“Mengapa mereka tidak mentadaburi Al-Qur’an atau hati mereka sudah terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

Hati yang terkunci akan menyebabkan amalan seseorang menjadi rusak walaupun ia telah membaca atau bahkan hafal Al-Qur’an. Mengapa hal ini terjadi? Karena hafalan Al-Qur’an tidak menyentuh hatinya bahkan hatinya telah terkunci oleh dosa yang ia lakukan.

Karena itu, seorang penghafal Al-Qur’an yang baik bukanlah yang paling banyak memilki hafalan Al-Qur’annya. Namun seberapa besar manfaat hafalan Al-Qur’an bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Jika hafalan Al-Qur’an yang dimiliki tidak mengubah akhlak dan perbuatannya, berarti hafalannya tidak membawa manfaat.

Jadi, sudah sepatutnya bagi para penghafal Al-Qur’an untuk mentadaburi Al-Qur’an, dengan meningkatkan upaya untuk mengetahui makna yang terkandung di dalamnya.

Semoga kita yang hendak atau sedang menghafal Al-Quran, atau bahkan sudah menghafalnya, Allah berikan tambahan kemampuan untuk dapat mentadabburinya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.  (A/Rid/R12/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)