Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PILPRES MESIR DAN KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

Widi Kusnadi - Senin, 26 Mei 2014 - 08:03 WIB

Senin, 26 Mei 2014 - 08:03 WIB

917 Views

10385056_507528249347594_2075368170_nOleh Widi Kusnadi

Hari Senin dan Selasa, 26 dan 27 Mei 2014, Mesir menggelar  pemilihan presiden (Pilpres) yang akan yang mempertandingkan dua calon presiden (capres), yaitu Jenderal As Sisi dan Hameen Sabahi itu mengakhiri kampanye mereka pada Jumat (23/5) lalu.

Abdul Fattah Said Hussein Khalil as-Sisi lahir 19 November 1954 merupakan Panglima Angkatan Bersenjata Mesir, serta Menteri Pertahanan  pada 12 Agustus 2012 sampai 26 Maret 2014. Ia memainkan peran utama dalam mendepak Presiden Muhammad Mursi pada kudeta Mesir 2013 lalu, menyusul protes massa terhadap Mursi dan pemerintahannya.

As-Sisi kemudian diangkat sebagai Deputi Pertama Perdana Menteri, merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan. Pada 26 Maret 2014, As-Sisi mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden 2014.

Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah

Hamdeen Sabahi, lahir 5 Juli 1954 adalah seorang politikus Mesir , jurnalis dan penyair . Ia menjadi aktivis oposisi selama pemerintahan Anwar Sadat dan Hosni Mubarak. Sabahi pernah dipenjara 17 kali selama kepemimpinan dua periode itu. Pada pilpres 2012 lalu, Sabahi mencalonkan diri, namun hanya menduduki peringkat ketiga (di bawah Mohammad Mursi dan Ahmad Shafiq).

Di jajaran pemerintah Mesir sendiri, Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Presiden, Abdel Aziz Salman, mengatakan pihaknya telah mempersiapkan sedikitnya 17 ribu hakim pengadilan untuk ditempatkan di semua tempat pemungutan suara untuk menjadi pengawas pilpres.

Di samping itu, 182 ribu aparat keamanan dari kepolisian dan militer juga dikerahkan untuk mengamankan jalannya pilpres.

Beberapa pengamat menilai, mantan Panglima Militer As Sisi bakal memenangkan pilpres tersebut. Hal itu setidaknya tercermin dari hasil pilpres di luar negeri pada pekan lalu yang memberikan 94,5 persen suara kepada Al Sisi.

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia

Pertarungan Kubu Ikhwan dan Militer

Pelaksanaan pilpres Mesir 2014 sekarang ini dipastikan diboikot oleh pendukung Ikhwanul Muslimin yang berjumlah sekitar 20 juta orang dan kalangan liberal pendukung demokrasi. Indikasi pemboikotan itu sudah tampak jelas dalam pilpres yang diselenggarakan di Kedutaan Besar dan Konsulat Mesir di 124 negara pada pertengahan Mei lalu. Dari sekitar 6 juta warga Mesir di luar negeri, hanya 300 ribu yang menggunakan hak pilihnya. Mereka yang memboikot (golput) mencapai lebih dari 90 persen.

Beberapa analis politik di Mesir meyakini pemboikotan pelaksanaan pilpres Mesir di dalam negeri (Mesir) sendiri juga akan berlangsung masif.

Sampai Jum’at (23/6) kemaren, kelompok pendukung Ikhwanul Muslimin pendukung Mursi terus berunjuk rasa di beberapa tempat di Kairo dan sejumlah kota lainnya.

Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

Dalam aksi itu, seorang mahasiswa bernama Omar dilaporkan tewas akibat bentrok dengan aparat keamanan di Kota Fayoum, 105 km selatan Kairo.Mereka mengusung tema “Pekan Boikot Pilpres Berdarah”.

Sementara itu, masyarakat internasional mengutuk kebengisan militer Mesir yang bertindak represif terhadap para demonstran pro- Mursi. Perdana Menteri Turki Reccep Tayyip Erdoganmendesak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan negara pengaku demokratis untuk melakukan aksi nyata menghentikan tindakan militer Mesir itu.

Presiden kita, SBY juga menyatakan, penggunaan kekuatan militer untuk mengahadapi masyarakat sipil merupakan tidakan berlebihan, bertentangan dengan HAM dan nilai-nilai kemanusiaan. Ia menyeru kepada pemerintah Mesir untuk menyelesaikan krisis negerinya dengan cantik, dengan meminimalisir konfrontasi militer dengan sipil.

Sejauh ini jumlah korban tewas sejak Morsi terguling dari kekuasaannya diperkirakan mencapai lebih dari 1,500 orang. Para korban umumnya adalah para simpatisan Ikhwanul Muslimin. Sekitar 500 anggota kepolisian dan militer Mesir juga terbunuh akibat aksi peledakan bom dan penembakan yang dilancakah oleh kelompok anti militer.

Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global

Keputusan pengadilan menjatuhkan vonis hukuman mati massal terhadap lebih dari 1.000 pendukung dan pemimpin tertinggiIkhwanul Muslimin (akhir Maret dan April 2014), Mohammad Badie juga mengundang kemarahan masyarakat internasional. Banyak kalangan menilai keputusan itu sangat subyektif dan sarat muatan politis.

Kepemimpinan di Indonesia

Pada era Soekarno, ia menjadi figur sipil yang revolusioner dan dapat mengimbangi kharisma figur-figur militer saat itu. Soekarno merupakan seorang sosok sipil yang berkarakter setara militer, cukup banyak orang-orang mengakui akan kekuatan karakter tersebut bahkan sampai seantero dunia. Pengakuan dari sejumlah negara salah satunya dengan menggunakan nama Soekarno untuk diabadikan menjadi nama jalan atau lainnya, seperti di Maroko, Mesir, Aljazair, Pakistan.

Pada  era Soeharto, kepemimpinan Nasional dipegang militer. Jendral yang satu ini merupakan seorang yang memiliki karakter kuat dan berpengaruh besar pada semua aspek kehidupan di Indonesia.

Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim

Di era Reformasi kepemimpinan berganti lagi ke sipil, Habibie, Gus Dur, lalu Megawati. Meskimereka belum bisa memberikan harapan perubahan signifikan bagi bangsa Indonesia, akan tetapi apa yang mereka lakukan dapat menjadi pelajaran dan awal menuju perbaikan bangsa.

Selanjutnya SBY. Kepemimpinannya mendapat dukungan dari banyak kalangan karena  figur SBY yang berlatar belakang militer. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, rakyat Indonesia harus mengapresiasi kinerjanya dalam memimpin bangsa. Setidaknya, secara ekonomi, Indonesia mengalami kemajuan signifikan dan keamanan yang cukup terkendali.

Capres 2014

Prabowo Subianto, merupakan sosok yang dijuluki sebagai Soekarno kecil memang berpotensi menjadi seorang pemimpin sekelas Soekarno; elektabilitas Prabowo pun saat ini harus diperhitungkan karena terbukti dari hasil-hasil survei yang dilakukan oleh beragam lembaga survei menempatkan Prabowo pada urutan atas sebagai sosok Presiden Indonesia.

Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina

Joko Widodo (Jokowi), ia dapat mewakili gaya kepemimpinan Soeharto.Dengan kepribadian santun namun memiliki ketegasan dalam birokrasi atau pemerintahan. Nilai tambah sosok Jokowi adalah kedekatannya dengan masyarakat dan media yang tidak banyak dilakukan oleh pemimpin-pemimpin nasional kita sebelumnya.

Penutup

INDONESIA adalah negara dengan 13.487 pulau, mempunyai banyak kekayaan melimpah, dari segi budaya, etnik, bahasa, suku, adat, makanan tradisional, pakaian adat, dan masih banyak lagi. Dari keanekaragaman itulah muncul sebutan “Bhinekka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Indonesia sudah seharusnya memberi contoh mulia bagi negara-negara di dunia, apalagi dengan umat Islam sebagai mayoritas penduduknya. Masalah pemilihan kepemimpinan, tentunya kita harus bisa melakukannya dengan cara-cara bermartabat, sesuai dengan slogan bangsa kita yang santun, namun tetap berwibawa.

Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari

Pemilihan presiden 9 Juli nanti, harus bisa menghasilkan pemimpin terbaik yang akan membawa bangsa Indonesia menuju masyarakat adil makmur sejahtera. Negara-negara di dunia juga akan melihat sosok pemimpin Indonesia mampu menjadi contoh terbaik dan berkontribusi positif dalam kancah internasional, seperti yang telah dilakukan para pemimpin terdahulu kita.

16 tahun lalu, bangsa Indonesia sudah merasakan pahit getirnya reformasi. Krisis ekonomi, politik, hingga moral bangsa menjadi rintangan utama bangsa kita. Kini, rakyat Indonesia tengah berjuang agar bisa menjadi bangsa bermartabat, mandiri dan mampu menginspirasi bangsa lain, demi kemajuan dan kemakmuran bersama.

Kita berharap krisis Mesir segera berakhir. Siapapun pemimpinnya, ia harus bisa membawa rakyatnya menggapai kemakmuran dan kemandirian. Sebagai sesama negara berpenduduk Muslim, tentunya Mesir bisa mengambil pelajaran dari bangsa Indonesia, demikian juga sebaliknya, Indonesia mampu menunjukkan bahwa dirinya layak menjadi panutan.(T/P04/R2)

Data dikutip dari beberapa sumber

Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Palestina
Dunia Islam
Palestina
Palestina