PLO: Pembicaraan Damai AS Kata-Kata Kosong

Washington DC, MINA –  Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) , menegaskan komitmen fihaknya nya terhadap solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina, dan menyebut pembicaraan damai yang di-inisiasi Amerika Serikat sebagai “kata-kata kosong.”

Ia mengatakan ini pada Senin (28/10) mengomentari senior Gedung Putih Jared Kushner mendorong pembicaraan damai di wilayah tersebut. The Hill melaporkan.

“Kami berkomitmen untuk solusi dua negara, bukan karena istilah itu bagus, tapi karena ini adalah satu-satunya pilihan,” ujarnya dalam sebuah pidato pada konferensi J Street di Washington, D.C.. Konperensi ini diadakan kalangan pro Yahudi dihadiri 4.000 peserta untuk mendukung Israel.

“Hidup dan biarkan hidup. Kami di sini untuk berbicara tentang perdamaian. Berarti perdamaian yang bermakna dan nyata, bukan kata-kata kosong yang kami dengar dari tim perdamaian Trump,” lanjutnya.

Pidato Erekat disampaikan ketika Kushner, menantu Presiden Trump, bertemu dengan kepala partai Biru dan Putih Israel, Benjamin Gantz, yang mendapat mandat membetuk pemerintah Israel yang baru dalam waktu kurang dari sebulan untuk mencegah warga Israel pergi ke pemilihan ketiga.

Mandat sebelumnya diberikan Presiden Israel pada Benjamin Netanyahu tapi Perdana Menteri Israel ini menyerah tak mampu membentuk pemerintah dengan koalisi mayoritas.

Pemerintah Trump tidak mendukung solusi dua negara untuk penyelesaian konflik Israel-Palestina tapi rencana perrdamaiannya terhenti dengan kegagalan partai-partai politik Israel membentuk kabinet baru.

Kushner dan anggota tim lainnya yang ditugaskan untuk merundingkan perdamaian Israel dan Palestina, termasuk Menlu Mike Pompeo, mengemukakan peluang pembangunan politik dan ekonomi bagi Palestina.

Bagian ekonomi dari rencana tersebut, telah diluncurkan dalam sebuah konferensi di Manama, Bahrain pada bulan Juni. Namun banyak dikritik karena tidak adanya partisipasi Palestina dan sedikit pembicaraan tentang implementasi solusi politik.

Keputusan Sepihak

Erekat dalam pidatonya menekankan, Palestina tidak memandang pemerintahan AS saat ini sebagai mitra untuk perdamaian.

“Mereka ingin saya berlutut, saya tidak akan melakukan itu, kami tidak akan melakukan itu,” imbuhnya.

Perwakilan Otoritas Palestina telah menolak untuk berhubungan dengan Pemerintahan Trump selama lebih dari setahun, dan menanggapi rencana perdamaian AS sebagai memaksakan keputusan sepihak pada isu-isu utama yang berkaitan dengan konflik.

“Ini dimulai dengan pemindahan kedutaan AS ke Yerusalem, berakhirnya pendanaan hampir semua program Palestina, dan menutup kantor-kantor perwakilan AS di Yerusalem timur dan Organisasi Pembebasan Palestina di Washington DC,” katanya.

Erekat juga menegaskan, permukiman ilegal  Israel di Tepi Barat yang terus diperluas  merupakan penghalang bagi perdamaian.

Ekstremisme Agama

Erekat menuduh pemerintahan Trump dan pemerintah Netanyahu berkontribusi pada peningkatan anti-Semitisme.

“Ekstremis agama, seperti supremasi kulit putih, populis sayap kanan, telah mengambil tempat yang menonjol dalam politik internasional. Mereka ingin merusak hukum internasional dan menentang konsensus internasional,” ujar Erekat.

Diperkirakan 4.000 orang menghadiri konferensi J Street, sebuah pro-Israel yang berfokus pada peningkatan hak-hak Palestina dan penentuan nasib sendiri sebagai hal penting dalam memastikan kedaulatan Israel sebagai negara Yahudi. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.