Jakarta, 6 Sya’ban 1437/13 Mei 2016 (MINA) – Kemajuan teknologi, kurangnya pengetahuan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anaknya, serta lingkungan pergaulan, menjadi penyebab maraknya pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak dan remaja.
“Semakin hari, semakin aneh-aneh yang akan kita dengar, di luar dugaan dan nalar kita. Sebab modus pelecehan dan kekerasan seksual pada anak terjadi karena cara asuh yang salah, sehingga peluang pelaku kejahatan semakin lebar,” kata Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Rita Pranawati, beberapa waktu lalu, demikian keterangan pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Dari hasil penelitian KPAI, kata Rita, 70 persen orang tua belum mampu mengasuh anak-anaknya dengan metode yang cocok dengan zaman sekarang. Cara asuh yang dipakai para orangtua hanya menyalin apa yang mereka dapat ketika kecil, tanpa mempelajari perubahan zaman.
“Ini data yang bicara, banyak orangtua di Indonesia yang hanya meng-copy paste apa yang mereka dapat dari ayah dan ibu mereka sebelumnya. Sedangkan zaman dan kemajuan teknologi membutuhkan cara asuh yang baru,” tegas Rita.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Faktor lainnya, menurut Rita, kecenderungan orangtua mendidik anak hanya berorientasi pendidikan akademik. Bukan pendidikan mental dan persoalan sosial yang dihadapi anaknya.
“60 Persen orangtua di Indonesia hanya menanyakan persoalan pendidikan akademik, seperti nilai peringkat di kelas. Hanya 30 persen yang menanyakan persoalan sosial mereka, soal hobi, permasalahan dengan teman, status media sosial, bahkan soal reproduksi,” ujarnya.
Catatan KPAI, angka korban pelecehan seksual terhadap anak semakin tinggi setiap tahunnya. “Dari 2013 ke 2014 itu naiknya 100 persen, baik itu mereka yang jadi korban atau pun pelaku,” pungkasnya. (T/ima/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun