Sydney, 7 Jumadil Akhir 1436/27 Maret 2015 (MINA) – Kepolisian kota kecil Parramata, dekat Sydney, telah berhasil mengindetifikasi pria yang menyerang seorang wanita muslim berhijab di kereta api di stasiun Sydney beberapa hari yang lalu.
Pria itu diindentifasi berpenampilan Caucasia, tinggi sekitar 175 cm, berumur 30 tahun lebih, memakai celana blue jean dan bersepatu ket warna hitam-putih, polisi sedang mencari pria itu. Demikian International Islamic News Agency (IINA) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.
Wanita itu yang hanya disebut namanya dengan Hina masih mengalami trauma dan ketakutan.
Karena itu ia juga sudah melaporkan kasus yang dialaminya kepada Islamia Phobi Register Australia, yang dipimpin Maria Veiszadeh, seorang pengacara. Badan ini makin banyak menerima laporan tentang perlakuan yang menunjukkan ketidaksenangan kepada Islam.
Baca Juga: Peran Muslimah di Akhir Zaman: Ibadah, Dakwah, dan Keluarga
Hina, yang ingin diidentifikasi hanya dengan nama depannya, sedang melakukan perjalanan dari stasiun kota Parramatta di Sydney, Rabu 25/3 ketika ia diserang.
Satu-satunya di kereta yang berjilbab, Hina mengatakan dia merasa seorang pria mengincarnya karena iman Islam-nya.
Menurutnya ia naik kereta sekitar 05:30 waktu setempat, tetapi tidak ada kursi lagi yang kosong, sehingga berdiri di dekat tangga turun/naik kereta. Lalu ia melihat seorang pria datang mendekat, umur sekitar 30 tahun, nampak seperti akan menggunakan tangga, tapi sebelum itu menyenggol keras Hina dia dengan bahunya.
“Kemudian ia pindah lebih dekat kepada saya dan memukul saya tiga atau empat kali dengan bahunya, dia menendang saya dengan kakinya. Lalu saya menyadari bahwa ia sengaja menyerang saya, saya berteriak,” demikian menurut keterangan wanita Sydney tersebut.
Baca Juga: Kesabaran Seorang Istri
“Dia mendorong saya, kemudian berkata turun,” lanjutnya.
“Dia bilang kau jenis orang apa, kau menghalangi jalan saya. Saya jadi shock berat,” jelas Hina.
Hina juga mengungkapkan, ia menjadi lebih ketakutan lagi karena tidak ada yang mencoba membela dirinya, kecuali seorang wanita yang berteriak setelah serangan. Hina mencoba turun di stasiun Redfern untuk memberitahu manajer stasiun, tapi pria itu turun pula di stasiun yang sama.
Satu hari setelah serangan itu, Hina masih ketakutan dan tak mampu meninggalkan rumahnya.
Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak
“Aku takut karena aku seorang wanita lajang yang tinggal sendirian. Aku tidak bisa keluar dari rumah. Insiden ini telah mengguncang kepercayaan diri saya”, kata Hina.
Gagal untuk pergi bekerja, dia menghubungi Islamofobia Register Australia, sebuah layanan online yang menangani insiden-insiden kekerasan anti-Muslim.
Pengacara Mariam Veiszadeh, yang mendirikan register, mengatakan, Hina jelas trauma dengan kejadian tersebut.
Register Australia telah menerima puluhan laporan serangan terhadap perempuan Muslim, Mariam mencatat.
Baca Juga: Belajar dari Ibunda Khadijah RA, Teladan untuk Muslimah Akhir Zaman
Ummat Islam telah berada di Australia selama lebih dari 200 tahun, kini merupakan 1,7 persen dari 20 juta warga negara itu. Sentimen anti-Muslim lebih meningkat akhir-akhir ini setelah serangan teror Oktober lalu.
Sebuah masjid dirusak di Queensland dan Mufti Besar Australia menerima ancaman. (T/P005/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)