Srinagar, 17 Syawwal 1438/11 Juli 2017 (MINA) – Untuk pertama kalinya di Kashmir sejak konflik dengan pejuang bermula, polisi menahan seorang Hindu nonlokal karena peran aktifnya dalam militansi. Polisi mengklaim telah menahan seorang militan Hindu asal luar Kashmir yang tergabung dalam kelompok pejuang Lashkar-e-Toiba.
Pernyataan hari Senin (10/7/2017) itu menuduh tersangka bahwa dia terlibat dalam pembunuhan enam polisi di Achabal, distrik Anantnag bulan lalu.
Dalam konferensi pers, Inspektur Jenderal Polisi Muneer Ahmad Khan mengatakan, gerilyawan yang ditangkap diidentifikasi bernama Sandeep Kumar Sharma dari Muzaffarnagar, Negara Bagian Uttar Pradesh.
“Seorang militan Lashkar lokal lainnya juga ditangkap bersama Sandeep yang juga anggota Lashkar-e-Toiba,” kata Khan. Demikian Greater Kashmir memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Sandeep juga dituduh terlibat dalam perampokan uang tunai dari berbagai bank dan ATM di wilayah Kashmir Selatan.
Konflik Kashmir adalah persengketaan wilayah antara Pemerintah India, gerilyawan Kashmir dan Pemerintah Pakistan dalam masalah kendali atas Kashmir. Sementara sengketa antar negara atas Kashmir antara India dan Pakistan telah ada sejak Perang India-Pakistan 1947.
Akar dari konflik antara gerilyawan pemberontak Kashmir dan Pemerintah India terikat atas sebuah perselisihan atas otonomi lokal. Perubahan demokratis terbatas di Kashmir hingga akhir tahun 1970-an dan awal 1988, benyak reformasi demokratis diberikan oleh Pemerintah India telah dibatalan dan demonstrasi dibatasi, dan mengakibatkan peningkatan dramatis dalam mendukung pemberontak yang mendukung pemisahan diri dengan cara kekerasan dari India.
Pada tahun 1987, sebuah jajak pendapat negara bagian yang disengketakan menciptakan sebuah katalis bagi para pemberontak saat hal tersebut menghasilkan beberapa anggota majelis negara bagian menciptakan kelompok pemberontak bersenjata. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)