Banjul, 10 Rabi’ul Awwal 1438/10 Desember 2016 (MINA) – Presiden Gambia Yahya Jammeh pada Jumat secara mengejutkan mengatakan bahwa ia menolak hasil pemilihan presiden pekan lalu yang mengalahkannya.
Penolakan yang disiarkan oleh televisi nasional itu membuat rakyat Gambia dihinggapi kekhawatiran, karena seiring itu, tentara terlihat menempatkan karung-karung pasir di lokasi strategis di seluruh ibu kota Banjul.
Kegelisahan warga terhadap kemungkinan terjadinya kerusuhan telah ada sejak sebelum pemilihan dimulai dengan terlihatnya warga membeli makanan dalam jumlah besar. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
Sebelumnya pada pekan lalu, Jammeh telah mengakui kekalahannya secara terbuka. Kegembiraan liar terlihat dilakukan oleh pendukung oposisi sebagai tanda berakhirnya kekuasaan Jammeh yang sudah berlangsung 22 tahun.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia juga menuduh pemerintahan Jammeh menahan, menyiksa dan membunuh lawan politiknya.
Hasil pemilihan telah diumumkan dan dimenangkan oleh pemimpin oposisi Adama Barrow.
“Setelah penyelidikan menyeluruh, saya telah memutuskan untuk menolak hasil pemilu baru-baru ini. Saya menyayangkan adanya kejanggalan serius dan tidak dapat diterima, sebagaimana dilaporkan telah terjadi selama proses pemilihan,” kata Jammeh.
Baca Juga: Ribuan Warga Inggris Demo Kecam Genosida Israel
Pengumuman terbaru itu melempar masa depan negara Afrika Barat tersebut ke dalam keraguan.
“Saya merekomendasikan pemilu baru dan transparan yang akan diresmikan oleh komisi pemilihan yang independen dan terpercaya,” kata Jammeh.
Pada angka resmi hasil dari pemungutan suara pemilihan presiden menunjukkan bahwa Barrow meraih 43,29 persen suara, sementara Jammeh 39,64 persen dengan jumlah pemilih hanya 59 persen dari seluruh rakyat Gambia. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah