Presiden Mesir: Hadiah Nobel Abiy Ahmed Kemenangan Afrika

Kairo, MINA – Abdel Fattah al-Sisi mengatakan pada hari Jumat (11/10) bahwa hadiah Perdamaian untuk Perdana Menteri Abiy Ahmed menandai kemenangan baru bagi upaya Afrika untuk mencari perdamaian.

Presiden Sisi menulis di halaman Facebook resminya bahwa hadiah Abiy Ahmed adalah “kemenangan baru bagi benua kita, yang selalu bercita-cita untuk perdamaian dan mencari stabilitas dan pembangunan.”

“Saya menyampaikan ucapan selamat yang tulus kepada Perdana Menteri Ethiopia dan saudara-saudara Ethiopia atas penghargaan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Abiy Ahmed, Perdana Menteri Ethiopia,” kata Sisi, seperti disiarkan Egypt Independent.

juga menyatakan harapan bahwa upaya konstruktif untuk mengakhiri semua konflik dan perbedaan di Afrika berlanjut dengan kehendak rakyatnya yang besar.

Juru Bicara Kepresidenan Mesir, Bassam Rady mengatakan bahwa El-Sisi menerima panggilan telepon dari Abiy Ahmed yang menyatakan rasa terima kasihnya kepada Mesir karena memberi selamat kepadanya atas penghargaan tersebut.

Seruan itu juga menekankan pentingnya mengatasi segala hambatan dalam perundingan Dam Grand Ethiopia untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi harapan dan aspirasi rakyat ketiga negara, Mesir, Sudan dan Ethiopia dalam kerangka kerjasamayang ditandatangani di antara mereka.

Prestasi Abiy Ahmned

Panitia hadiah Nobel menyatakan Abiy Ahmed menerima hadiah perdamaian pada hari Jumat.

Dikatakan bahwa ketika Abiy Ahmed menjadi Perdana Menteri pada April 2018, ia menegaskan bahwa ia ingin melanjutkan pembicaraan damai dengan Eritrea.

Dalam kerja sama erat dengan Isaias Afwerki, Presiden Eritrea, Abiy Ahmed dengan cepat menyusun prinsip-prinsip perjanjian damai untuk mengakhiri kebuntuan lama “tidak ada perdamaian, tidak ada perang” antara kedua negara.

Komite menyatakan bahwa “Di Ethiopia, bahkan jika masih banyak pekerjaan yang tersisa, Abiy Ahmed telah memulai reformasi penting yang memberi banyak warga negara harapan untuk kehidupan yang lebih baik dan masa depan yang lebih cerah.”

“Dia menghabiskan 100 hari pertamanya sebagai Perdana Menteri mengangkat keadaan darurat negara itu, memberikan amnesti kepada ribuan tahanan politik, menghentikan penyensoran media, melegalkan kelompok oposisi yang dilarang, memecat pemimpin militer dan sipil yang diduga korupsi, dan secara signifikan meningkatkan pengaruh perempuan dalam kehidupan politik dan masyarakat Ethiopia,” bunyi pernyataan itu.

Dia juga telah berjanji untuk memperkuat demokrasi dengan mengadakan pemilihan umum yang bebas dan adil, lanjutnya.

Perdana Menteri Ethiopia mengatakan bahwa dia merasa terhormat dan senang dengan penghargaan itu, menyambut “hadiah yang diberikan ke Afrika”.

Dalam percakapan telepon singkat dengan Yayasan Nobel yang menyiarkannya di Internet, Abiy menambahkan bahwa ia percaya bahwa semua pemimpin Afrika lainnya akan berpikir bahwa adalah mungkin untuk bekerja pada langkah-langkah pembangunan perdamaian di benua itu. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)