Oleh: KH. Bachtiar Nasir.
Diantara implementasi takwa yang sesungguhnya adalah tetap berada dalam takwa dalam kehidupan dan mati dalam keadaan bertakwa. Semoga kita semua adalah orang-orang yang di bulan Ramadhan ini dimampukan Allah untuk menegakkan shiyam di siang hari dan qiyam di malam hari. Dengan imaanan watishabaan.
Semoga kita adalah orang-orang yang telah diampuni dosa-dosanya di masa lalu dan telah dipilih oleh Allah mendapatkan Lalilatul Qadar. Sehingga telah terbebas dari api neraka, walaupun usianya di dunia masih panjang.
TIbalah hari ini, setelah kita menyempurnakan bilangan hari di bulan Ramadan. Tibalah hari ini, hari dimana kita mengangungkan Allah Yang Mahabesar. Yang Mahaesa. Yang tidak memiliki anak dan tidak memiliki sekutu dalam memiliki, memelihara, dan mengelola jagad raya ini.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Allah juga tidak punya pembela-pembela agamanya dari golongan-golongan mahluk yang rendah. Allah juga tidak memiliki wali-wali yang mengatakan dirinya sebagai orang suci. Akan tetapi sejatinya, justru merendahkan kemuliaan Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi.
Islam Agama Sempurna
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (Surat Al-Baqarah ayat 208)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Islam adalah agama yang sempurna. Oleh karena itu, juga bukan pada tempatnya ketika kita hanya menjalankannya setengah-setengah. Agama ini diturunkan dengan kesungguhan dan berisi tuntunan yang juga paripurna untuk membuat kehidupan manusia di muka bumi ini benar dan sejahtera.
Islam di negeri ini juga datang dengan cara terbaik, dengan cara yang damai. Bukan dengan pedang ataupun bedil. Pedang dan bedil diangkat para santri hanya ketika mempertahankan Islam dari agresi penjajah.
Perintah dalam Alquran dalam berislam hanyalah untuk kaffah. Yaitu, berislam yang sungguh-sungguh. Berislam yang total. Tidak ada perintah untuk berislam secara biasa-biasa saja. Karena, iblis dalam usahanya menyesatkan manusia sangatlah luar biasa. Bukan biasa-biasa saja. Jadi, bagaimana mungkin untuk menghadapi iblis yang luar biasa dan melakukan segala cara ini, kita hanya menggunakan jurus yang biasa-biasa saja?
Contoh yang paling nyata adalah bagaimana nenek moyang kita, Adam AS menghadapi iblis. Kesalahan utama Adam dan Hawa dalam menghadapi iblis adalah biasa-biasa saja. Hingga mereka kemudian terusir keluar dari surga dan turun ke bumi. Peristiwa ini, meski pun bagian dari takdir Allah adalah pelajaran bagi kita, bila kita tidak siap siaga dan tidak menyiapkan jurus istimewa untuk menghadapi iblis, maka kita pun akan menghadapi nasib yang sama dengan Adam AS dan Hawa.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Mengapa Allah Azza wa Jlla membiarkan Adam AS dan Hawa digoda oleh iblis hingga tergelincir dari surga? Karena jauh sebelum peristiwa tersebut, Allah Ta’ala telah mengambil perjanjian dengan Adam agar Adam menjadikan iblis sebagai musuh yang nyata dan selama-lamanya. Kenapa Allah tidak melindungi Adam AS dan Hawa? Karena, sebaik apa pun iman seorang hamba, tetapi tanpa perlindungan dari Allah Azza wa Jalla, tidaklah ia dapat terhindar dari tipu daya setan dan kawan-kawannya.
Maka jawaban Allah adalah karena Adam lupa dan lengah dari menjadikan setan sebagai musuh utamanya. Karena Allah tidak mendapati kesungguhan Adam dalam bermusuhan dengan setan. Ketidaksungguhan inilah yang menyebabkan perlindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala terlepas dari Adam AS.
Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam menegakkan Islam. Dalam gerak langkah keseharian kita, dalam nuansa kebersamaan dalam keluarga kita, dan dalam interaksi kebangsaan kita. Bersungguh-sungguh ini sangatlah penting. Dalam implementasinya di kehidupan sehari-hari, maka ini berarti bahwa jangan pernah memberikan apa yang kita miliki setengah-setengah untuk Islam. Jangan memberikan sisa dari harta kita untuk Islam, jangan memberikan sisa waktu kita untuk Islam, apalagi memberikan setengah keyakinan kita untuk tetap terus berada di jalan Islam.
Pelatihan Total Ramadan
Kesungguhan inilah yang dilatih selama satu bulan kita berpuasa di bulan Ramadan. Dalam bentuk kesungguhan bejuang dalam shiyam di siang hari dan kesungguhan qiyam, mendirikan shalat di malam hari. Hanya orang-orang dengan kesungguhan yang luar biasalah yang mampu menjalankan proses pembinaan dalam bulan Ramadan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Di samping itu, di bulan ini pulalah Allah mendidik kita menjadi hamba-hamba-Nya yang kokoh dalam ketaatan dan kesungguhan. Ada atau tidak adanya orang yang melihat.
Puasa dan shalat malam adalah ibadah individual yang hanya Allah dan hamba itu sendiri yang mengetahuinya dengan jelas. Orang yang sedang berpuasa tidak akan terlihat dengan penampilannya.
Begitu pula orang yang mendirikan shalat malam tidak akan dilihat oleh kebanyakan orang yang terlelap tidur. Pelatihan komitmen takwa dan keikhlasan ini sungguh sangat penting sebagai modal untuk menjalani hari-hari kehidupan setahun ke depan. Hingga insyaAllah, Ramadan kembali kita jelang.
Disaksikan atau tidak disaksikan oleh orang lain, kita tetap menjadi manusia-manusia yang beramal dan bekerja sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-nya. Dipuji atau diabaikan, bahkan dicela oleh orang lain, kita tidak pernah surut langkah manakala itu adalah hal yang diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Karena, kita sudah terbiasa hanya berdua dengan Allah. Karena, kita sudah terbiasa hanya mengharap rida-Nya semata. Sungguh, ini membutuhkan pelatihan total yang hanya bisa dijalani oleh orang-orang yang telah total menceburkan dirinya ke dalam agama Allah. Sebagai muslim yang kaffah.
Ingatlah bahwa keberhasilan atau kemenangan hanyalah bisa didapatkan oleh orang-orang yang kaffah/ totalitas. Orang-orang yang bersungguh-sungguh berkomitmen dan berlaku sesuai dengan rules dan purpose yang telah ditetapkan. Yang dengan demikian, juga telah mempersembahkan dirinya di jalan Allah Ta’ala.
وَأَعِدُّوا۟ لَهُم مَّا ٱسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ ٱلْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِن دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ ٱللَّهُ يَعْلَمُهُمْ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Surat Al-Anfal ayat 60)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Sungguh, Ramadan bukanlah bulan yang hanya dilewati dengan lapar dan haus di siang hari, kemudian diakhiri dengan Idul Fitri. Ramadan adalah momen pendidikan yang luar biasa disiapkan oleh Allah Azza wa Jalla untuk membentuk ketangguhan pribadi yang hanya bergantung pada Allah dan melakukan aksi total di jalan Allah di sebelas bulan mendatang. Hanya untuk Allah dan hanya untuk kemenangan Islam. (A/R4/P2)
MI’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati