Pusat Arkeologi Nasional Menggagas Adanya Rumah Peradaban

Jakarta, 25 Sya’ban 1438/ 23 Mei 2017 (MINA) – Kepala Pusat Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan menggagas sebuah inovasi baru yaitu rumah sebagai media pembelajaran untuk merajut kebangsaan.

“Upaya ini untuk memberikan pemahaman tentang sejarah dan nilai budaya masa lampau, serta memasyarakatkan hasil-hasil penelitian arkeologi,” kata I Made Geria, Kepala Pusat Arkeologi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan, di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Selasa (23/5).

Menurutnya, dalam menghadapi tantangan global di abad-21, rumah peradaban merupakan media interaksi dan sarana edukasi yang juga dimaksudkan untuk mewujudkan literasi budaya, meningkatkan kecerdasan bangsa, menumbuhkan semangat kebangsaan dan kebhinekaan, serta menjadi sumber inspirasi bagi pengembangan budaya yang berkepribadian Indonesia.

“Rumah peradaban diharapkan dapat membantu memenuhi Nawa Cita ke-8 yaitu melakukan revolusi karakter bangsa dan Nawa Cita ke-9 yaitu memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia,” paparnya.

Ia menjelaskan, program rumah peradaban ini, mengangkat nilai peradaban sebagai pembelajaran yang dikemas ringan sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam, berbicara tentang masa lampau untuk kepentingan masa kini dan masa mendatang.

Aksi penjembatan ini dalam arkeologi modern dikenal dengan istilah mediation archeology, di Indonesia dimaksudkan sebagai sarana menghubungkan hasil penelitian arkeologi dan pemanfaatannya bagi kepentingan pendidikan karakter dan kebhinekaan bangsa.

“Tanpa hasil penelitian, rumah ini akan mati, karena hasil penelitianlah yang senantiasa menghidupi dan memutakhirkan pesan-pesan yang disampaikan,” ujarnya.

Ia mengemukakan, model ini secara nyata mendemonstrasi alur pengelolaan warisan budaya secara konseptual berbasis penelitian dan bermuara pada pemanfaatan.

Adapun kegiatan dalam program Rumah Peradaban yaitu;
Kunjungan lapangan kepada murid-murid di situs arkeologi untuk belajar memaknai nilai kehidupan masa lampau yang dipandu para peneliti.

Keberadaan media peraga pendidikan, berupa tiruan dari benda-benda arkeologi yang dibagiakan ke sekolah, untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap nilai budaya.

Pengayaan literatur, dimana hasil penelitian dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dijadikan referensi untuk memperkaya muatan buku-buku pendidikan.

“Pengatahuan arkiologi bagian dari pusaka dan juga pustaka bagi penerus anak bangsa,” tambahnya.

Hal ini disampaikan dalam acara “Seminar Nasional Pendidikan dan ” sesi satu dengan tema “Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Peradaban Masa Lalu Sebagai Modal Identitas Bangsa dalam Menghadapi Tantangan Global.”(L/R10/B05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.