Ramadan Bersabar Dalam Hadapi COVID-19

Renungan Zanjabil #37

Oleh Prof. Madya Dr. Abdurrahman Haqqi, Fakultas Syariah dan Hukum Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam.

adalah simbol perjuangan membebaskan diri seorang Muslim dari belenggu penjajahan musuh ketatnya yaitu syaitan yang dilaknat Allah SWT.

Kejayaan seorang muslim boleh dilihat dari cara dia mengendalikan perjuangan berpuasanya sama ada secara optimum maupun minimum. Ramadan dijadikan barometer kejayaan atau keberhasilan dengan pengertian terhapus dosa tahunan, seperti salat Jumat untuk mingguan dan salat lima waktu untuk harian.

Rasulullah bersabda, yang artinya: “Salat lima waktu, dan salat Jumat ke salat Jumat berikutnya, dan Ramadan ke Ramadan berikutnya adalah menjadi penebus dosa yang terjadi di antara waktu-waktu tadi, selama orang itu menjauhi dosa-dosa besar.” (HR Muslim)

Dari 12 bulan ditetapkan Allah untuk pengiraan perjalanan manusia dalam setahun di dunia (baca Surah at-Taubah: 36), Ramadan mempunyai kelebihan tersendiri.

Kelebihan ini disebut al-Quran dalam ayatnya yang artinya: “(Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) Ramadan yang padanya diturunkan al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk, dan (menjelaskan) perbezdaan antara yang benar dengan yang salah.” (Surah al-Baqarah: 185)

Tujuan berpuasa Ramadan seperti termaktub dalam ayat 183 Surah al-Baqarah adalah maksudnya: “Wahai orang yang beriman, diwajibkan ke atas kamu berpuasa seperti diwajibkan ke atas orang yang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa.”

Banyak batasan agama yang wajib dipatuhi setiap orang berpuasa supaya puasanya bermanfaat bagi dirinya di dunia dan di akhirat. Antara batasannya seperti disabdakan Baginda yang artinya: “Bukan dinamakan puasa bila hanya sekadar menahan makan dan minum, tetapi puasa yang sungguh-sungguh itu adalah menahan diri daripada percakapan yang tidak ada gunanya dan kata-kata yang keji.” (HR Muslim)

Di samping memelihara kewajipan lahiriah seperti tidak makan dan minum, orang yang berpuasa juga mesti memelihara kewajipan batiniah supaya puasanya sempurna.

Ramadan adalah bulan melatih kesabaran. Sabda Baginda yang artinya: “Dia (Ramadan) ialah bulan kesabaran dan ganjaran kesabaran itu ialah masuk syurga.” (HR Ibnu Khuzaimah)

Muslim yang tidak menyedari dan memahami erti kebebasan dari COVID-19 akan mensia-siakan nikmat kesihatan sehingga dia tidak akan merasai kenikmatannya seperti orang yang berpuasa, tapi tidak mendapat ganjarannya selain lapar dan dahaga.

Selain itu, pentingnya adalah refleksi kesabaran dalam berpuasa pada pengisian menangani dan mencegah COVID-19 kerana dalam penanganan dan pencegahan itu kesabaran sangat mustahak agar kita akan selalu mendapat belas kasih Allah dan petunjuk-Nya. dalam berbuat kebajikan menangani COVID-19, bersabar menerima dugaan COVID-19, dan bersabar untuk tidak melakukan perbuatan yang akan merobohkan pencegahan wabak COVID-19.

Seperti dimaklumi, maksud puasa itu adalah menahan selera dan mengekang nafsu, agar diri menjadi kuat untuk taat dan bertaqwa kepada Allah SWT. Tetapi jika hanya sekadar mengekang perut pada siang hari hingga ke masa berbuka, lalu membiarkan syahwat melonjak-lonjak dengan kemahuannya kepada makanan, dan dihidangkan pula dengan pelbagai makanan lazat, sehingga perut kekenyangan, tentulah perut akan bertambah keinginannya kepada makanan itu. Malah akan timbul daripada syahwat pula keinginan yang baru, yang kalau tidak dibuang, mungkin ia tetap pada kebiasaannya. Semua ini bertentangan dengan maksud dan tujuan puasa yang sebenarnya.

Begitu pula dengan menangani dan mencegah COVID-19, jika kita tidak melakukannya dengan mengikuti arahan dan aturan pihak berkuasa apalah ertinya penanganan dan pencegahan tersebut? Ramadan Karim.

Wallahu a’lam. Semoga bermanfa’at.

Bandar Seri Begawan, 25/04/2020. (A/AH/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.