RAMADHAN BULAN PELATIHAN

Ali Farkhan Tsani
Ali Farkhan Tsani

Oleh Ali Farkhan Tsani*

Training atau menurut Nitisemito (1996) adalah suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku keterampilan, dan pengetahuan dari karyawannya sesuai dengan keinginan perusahaan. Training merupakan proses sistematis dari sebuah perusahaan atau organisasi, di mana karyawan atau staf meningkatkanpengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan kemampuan (ability) terhadap tujuan perusahaan atau organisasi.

Tujuan utama training adalah untuk meningkatkan keterampilan karyawan sesuai dengan perubahan teknologi agar menjadi kompeten serta memperoleh kemajuan produktif melalui pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Sehingga dengan adanya training diharapkan terjadi peningkatan produktifitas, perbaikan performance, dan manajerial.

Keberhasilan training menurut As’ad (1987), ditentukan lima komponen, meliputi : Sasaran yang jelas, trainer yang sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, bahan-bahan training yang sesuai berdasarkan sasaran, metode yang tepat dan peserta (trainee) yang sungguh-sungguh.

Bulan Pelatihan

Layaknya sebuah perusahaan atau organisasi, bulan dapat dikatakan sebagai bulan training atau pelatihan bagi para pelaku puasa (shaimun). Maka dapat diuraikan Training Ramadhan adalah suatu ibadah yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan iman, ibadah, dan akhlak, shaimun agar sesuai dengan keinginan Allah. Training Ramadhan merupakan proses sistematis dari lima rukun Islam : Syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Kemudian dirangkai dengan Rukun Iman yang enam : iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir. Serta dirangkai dengan Ihsan, yakni : beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, jika tidak melihat-Nya, maka Allah Maha Melihat.

Ketiganya : Islam, Iman, dan Ihsan, tidak dapat dipisahkan, sebagaimana diajarkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw dalam suatu mejelis para sahabat. (HR Muslim dari Umar).

Sama halnya dengan training perusahaan, Ramadhan sebagai bulan puasa pun bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkankompetensi, produktivitas, dan performance keimanan seseorang naik ke level tertinggi, yaitu takwa (QS Al-Baqarah [2] : 183). Sehingga dengan standar takwa itu, menjadikan seseorang memperoleh derajat mulia di sisi Allah (QS Al-Hujurat [49] 13).

Adapun keberhasilan training in Ramadhan ditentukan oleh lima komponen utama. Komponen Pertama, sasaran yang jelas, dan ini sudah sangat jelas sasaran utamanya, sebagaimana Allah maklumkan, adalah “la’allakum tattaqun”, agar menjadi orang bertakwa (QS Al-Baqarah [2] : 183).

Komponen kedua, trainer yang sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Dalam hal ini trainernya adalah puasa, suatu ibadah menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkan dari terbit fajar hingga maghrib, dengan niat ikhlas karena Allah. Pada hakikatnya, trainernya sebenarnya adalah Allah yang telah mensyariatkan ibadah puasa Ramadhan.

Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutnya, “Puasa itu perisai” (HR Bukhari dari Abu Hurairah). Dalam riwayat lain disebutkan “Puasa itu peredam”. (HR Ibnu Majah dari ‘Aisyah). Maka dari itulah, tidak heran jika sesungguhnya kewajiban berpuasa telah diwajibkan pula bagi umat-umat terdahulu sebelum Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Imam Al-Maraghi di dalam Tafsirnya menyebutkan, bahwa ibadah puasa telah diwajibkan kepada orang-orang beriman sejak nabi Adam. Di dalam Surat Maryam disebutkan juga bahwas Nabi Zakaria dan Maryam ibu Nabi Isa pun mengerjakan puasa.

Oleh karena itu, Imam Al-Ghazali tidak mencukupkan puasa hanya sebatas tidak makan dan tidak minum. Akan tetapi puasa seluruh anggota badan dari hal-hal yang dilarang Allah. Sehingga selamat dari kebanyakan puasa yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga, tanpa kualitas isi.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Betapa banyak orang yang berpuasa, tidaklah memperoleh apa-apa baginya dari puasanya selain lapar dan dahaga”. (HR Ad-Darimi dari Abu Hurairah).
Pada kesempatan lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memperingatkan barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, maka puasa tidak dinilai Allah. (HR Bukhari dari Abu Hurairah).

Komponen Ketiga, bahan-bahan training yang sesuai berdasarkan sasaran. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat telah menempuh metode terhebat selama Training in Ramadhan. Bukan sekedar melaksanakan puasa di siang harinya. Akan tetapi juga sembari mengisi hari-harinya dengan bahan-bahan training lainnya yang bersifat individual seperti : bertadarus Al-Quran, memperbanyak dzikir dan doa, serta memohon ampun kepada-Nya. Kesemuanya mengarah pada pembentukan jatidiri yang bersih, jujur, kokoh, dan istiqamah atau pembersihan nafsu diri (tazkiyatun nafs).

Bahan lainnya adalah ibadah yang bernilai sosial, seperti melaksanakan shalat fardhu dan tarawih berjama’ah, menunaikan zakat fitrah (diri) dan zakat maal (harta), mengadakan kajian-kajian / ta’lim keislaman, dan berbagai aktivitas kemaslahatan lainnya. Itu semua dilaksanakan sebagai wujud produktivitas keimanannya.

Karenanya, di dalam hadits riwayat Imam Muslim, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan adanya orang-orang yang bangkrut di akhirat kelak (al-muflis), disebabkan orang tersebut datang dengan pahala shalat, puasa, dsb. Namun pahala itu dikurangi satu demi satu, dialihkan kepada orang-orang yang dulunya ketika di dunia dizalimi. Hingga habislah pahala kebaikannya. Belum cukup sampai di situ, dosa-dosa orang-orang yang dizalimi pun ditransfer ke orang yang menzalimi tadi. Jadilah dia orang yang bangkrut, minus pahala, bertumpuk dosa. Na’udzubillahi mindzalik!

Komponen Keempat, metode yang tepat dalam Training in Ramadhan yakni kesabaran. Nabi SAW menyebutnya sebagai “Bulan sabar”. (HR Ad-Darimi).

Dalam hal ini, Teungku Muhammad Ash Shiddieqy (1973) membagi kesabaran atas tiga hal, yaitu : sabar dalam mentaati Allah, sabar dalam menghindari maksiat, dan sabar dalam menghadapi musibah. Training in Ramadhan mendidik pesertanya (shaimun) untuk sabar melaksanakan puasa dari fajar sampai maghrib. Walaupun sendiri di kantor atau rumah, tenggorokan haus, perut lapar, tetapi tidak mau mengambil minum walau seteguk, dan tidak mencicipi makanan walau sepotong. Itu karena metode kesabaran melatihnya sedemikian.

Demikian pula, semestinya dalam koridor lebih luas lagi, shaimun tidak akan coba-coba mengambil sesuatu yang bukan haknya (korupsi, menjarah), ia tidak akan bekerjasama dalam kemaksiatan (kolusi, nepotisme, selingkuh), dan ia ikhlas menerima segala ketentuan-Nya. Sebab, ia yakin segala ketentuan-Nya adalah yang terbaik bagi dirinya. Walaupun terkadang tidak setiap yang terbaik itu adalah yang terindah bagi dirinya.

Komponen Kelima, dan peserta (trainee) yang sungguh-sungguh. Shaimun akan mendapatkan balasan (reward) dari aktivitasnya selama Ramadhan, yakni berupa ampunan Allah serta fasilitas pintu khusus Ar-Rayyan untuk masuk ke dalam surga-Nya. Maka dari itu, shaimun akan terus bersungguh-sungguh sampai detik-detik akhir di sepuluh hari yang akhir Ramadhan, melalui i’tikaf.

Shaimun yang tetap i’tikaf di tengah-tengah kesibukan arus mudik. Shaiumun yang menjaga i’tikaf di antara tawaran kue jajajan lebaran. Shaimun yang khusyu’ i’tikaf di seputar discount baju-baju baru.

Semoga puasa dan rangkaian ibadah kita lainnya dalam kamp Training in Ramadhan, mampu mengantarkan performance kita di hadapan Allah ke level tertinggi, yaitu taqwallah, di hari nan fitri. Aamiin. (R1/P04).

* Ali Farkhan Tsani, Penulis Da’i Pondok Pesantren Terpadu Al-Fatah Cileungsi, Bogor. Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauli Shana’a, Yaman. Redaktur Kantor Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency/MINA). Penulis dapat dihubungi melalui [email protected]

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0