Oleh: Prof Madya Dr Abdurrahman Haqqi, Wakil Pengarah Pusat Penyelidikan Mazhab Syafi’i, UNISSA Brunai Darussalam
“Assaumu junnah,” demikian junjungan kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam bersabda yang bermaksud puasa itu perisai. Bagaimanapun, jangan ada yang membaca hadis itu asssaumu jannah atau puasa itu syurga karena Nabi tidak bermaksud demikian. Tapi lebih buruk lagi jika hadis berkenaan dibaca assaumu jinnah. Ini tak dapat dimaafkan karena ia akan mengkufurkan umat sebab jadi bermakna puasa itu jin. Laahaula wala quwwata illa billah.
Kata Arab yang berarti perisai dalam hadis itu terdiri daripada huruf-huruf jim, nun dan ta marbuthah jadi kalau huruf jim-nya dibaca dengan dommah (u), junnah itulah ucapan yang benar untuk hadis berkenaan dan tidak tepat jika diucapkan dengan fathah (a), jannah dengan arti syurga. Bahkan menjadi kesalahan besar jika ia diucapkan dengan kasrah (i), jinnah yang mempunyai arti jin.
Jannah yang berarti syurga disebut dalam Al-Quran sebanyak 151 kali sama dalam bentuk mufrad/tunggal atau mutsanna/ganda dan jamak/plural. Sedangkan jinnah yang bermakna jin atau syaitan atau makhluk halus disebut daIam 10 tempat. Tapi junnah yang berarti perisai disebut Al-Quran hanya dua kali yaitu dalam Surah Al-Mujadilah ayat 16 dan Surah Al-Munafiqun ayat 2.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Ada sesuatu yang penting dalam penyebutan junnah dalan Al-Quran, yang mana ianya – yang disebut dua kali itu – kedua-duanya membicarakan
perihal orang munafik. Orang munafik ini menjadikan sumpah mereka sebagai perisai untuk menjaga harta dan diri supaya tidak dibunuh atau ditawan atau dirampas harta mereka.
Kedua ayat Al-Quran berkenaan mengatakan ittakhzu aimanahum junnatan fa shaddu an sabilillah, yakni mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, maka mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah.
Ini akan berlainan dengan pengertian junnah dalam puasa kita di Bulan Seribu Bulan ini.
Perisai yang dimaksudkan oleh hadis berkenaan adalah benteng mencegah seseorang mukmin dari melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam atau maksiat.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Sebagimana diketahui, Allah memerintahkan kita berpuasa di bulan Ramadhan ini untuk menjadikan kita orang yang bertakwa. Sedangkan takwa yang berasal dari bahasa Arab wa-qa-ya, mempunyai pengertian memelihara.
Dengan adanya takwa karena melaksanakan ibadah puasa, kita telah memasang perisai di sekitar diri kita dan siap untuk bertempur melawan hawa nafsu sebagimana tentara Islam siap dengan perisainya di medan perang.
Dengan berperisaikan takwa, pesaim (orang yang berpuasa) tidak akan melakukan sesuatu perkara dalam hidupnya melainkan dia yakin bahwa dia akan diadili di hadapan Tuhannya mengenai kepercayaan, perbuatan dan perkataannya.
Selain itu dia akan menahan dirinya daripada segala apa yang dilarang Tuhannya dan akan bersungguh melakukan apa-apa yang diperintahkanNya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Oleh itu, dia menjalani kehidupan sehari-harinya dengan membedakan di antara yang halal dan haram, betul dan salah serta baik dan buruk. Dia melakukan semuanya dengan penuh kesadaran.
Puasa adalah satu perisai memelihara diri dari berbuat maksiat. Perisai adalah alat paling dalam perjuangan seorang Muslim. Dengan perisai yang memelihara diri dari maksiat, seorang muslim telah dipersiapkan untuk menyambut kemenangan dalam hidupnya.
Dari sini dapatlah kita fahami maksud salah satu pesanan Sayyidina Umar Rhadliyallahu Anhu kepada tentaranya. Beliau berkata:
“Jadilah kamu orang yang lebih berwaspada terhadap perbuatan maksiat daripada kewaspadaan terhadap musuh. Sesungguhnya dosa-dosa tentara Islam itu lebih ku bimbangkan daripada musuh mereka. Dan sesungguhnya umat Islam itu mendapat pertolongan Allah lantaran kemaksiatan yang dilakukan oleh musuh mereka. Ketahuilah bahwa kamu senantiasa diawasi oleh malaikat-malaikat Allah yang mengiringi kamu melakukan perkara yang dimurkai Allah, sedang kamu berjihad pada jalan Allah.”
Wahai Tuhan, kasihanilah kami di bulan yang penuh rahmat ini dengan menganugerahkan kepada kami perisai yang kuat dan kokoh untuk memelihara kami daripada melakukan perbuatan yang tidak Engkau ridhai. Aamiin. (A/Haq/RS2/R1).
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
BSB, 12 Ramadan/3 April 2023M.
Mi’raj News Agency (MINA)