Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Referendum Kurdistan 92 Persen Pilih “Ya” Merdeka dari Irak

Rudi Hendrik - Kamis, 28 September 2017 - 10:58 WIB

Kamis, 28 September 2017 - 10:58 WIB

262 Views

Warga Kurdi membentangkan spanduk bertuliskan "Kurdistan Bukan Irak". (Foto: Kurdistan24)

Warga Kurdi membentangkan spanduk bertuliskan “Kurdistan Bukan Irak”. (Foto: Kurdistan24)

Erbil, MINA – Hasil pemungutan suara referendum Kurdistan menunjukkan, 92 persen suara warga Kurdistan mendukung kemerdekaan dari Irak, demikian hasil penghitungan suara yang diumumkan Rabu (27/9).

Komisi Pemilu Independen dan Referendum Independen (IHERC) mengumumkan 92,73 persen memilih “Ya” dan hanya 7,27 persen suara “Tidak”. Demikian Iraqi News memberitakan yang dikutip MINA.

Sebelumnya, Komisi menyatakan bahwa hasil suara sementara dari pemilihan Senin, 25 September adalah 72,16 persen suara “Ya”.

Hasil itu diumumkan di tengah penentangan dari pemerintah pusat Irak di Baghdad, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat, Uni Eropa dan kekuatan regional Iran dan Turki.

Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan

Menurut mereka, langkah referendum tersebut tidak tepat karena operasi Irak melawan kelompok Islamic State (ISIS) belum selesai.

Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi mengatakan pada Rabu, pemerintahnya masih menolak permintaan pemerintah Kurdi di Erbil untuk negosiasi berdasarkan hasil plebisit yang “tidak konstitusional”.

Pemerintah Baghdad, Ankara dan Teheran telah mengumumkan satu set tindakan pidana di Kurdistan, termasuk penutupan ruang udara dan perbatasan.

Namun, pemimpin Kurdi Presiden Massoud Barzani bersikeras bahwa pemungutan suara adalah hak rakyat Kurdi.

Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza  

Kurdistan memperoleh pemerintahan otonom aktual berdasarkan konstitusi 2005, tapi masih dianggap sebagai bagian dari Irak. Wilayah ini diciptakan pada tahun 1970 berdasarkan kesepakatan dengan pemerintah Irak yang mengakhiri konflik selama bertahun-tahun.

Baghdad dan Erbil memiliki kedaulatan yang telah lama diperselisihkan mengenai sejumlah daerah, terutama provinsi Kirkuk yang kaya minyak. Kedua pemerintah juga bersaing memperebutkan pendapatan ekspor minyak dari wilayah tersebut. (T/RI-1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata

Rekomendasi untuk Anda

Timur Tengah
Timur Tengah
Timur Tengah
Timur Tengah
Timur Tengah
Kolom
Kolom
Khadijah