Bogor, MINA – Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria mengatakan, sinergritas yang terbangun antara pihaknya dan Kementerian Pertanian (Kementan) akan berdampak positif terutama, bila disandingkan dengan program unggulan IPB One Vilage One CEO.
“Kami mengapresiasi langkah dari Kementan untuk memperkuat basis data dengan dibangunnya Agriculture War Room di ruang pak Menteri. Sehingga, dari situ kita akan mendapatkan data yang akurat dan presisi,” kata Arif saat Diskusi Publik “Penguasaan dan Pengembangan Inovasi Teknologi Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional” di IPB Bogor, Rabu (26/2).
Menurut Arif, programnya selaras dengan Kementan yang berupaya memperkuat basis data, dalam rangka membangun tata kelola pertanian di pedesaan.
Ia menilai, tata kelola dan data sangat diperlukan melihat wilayah binaan IPB yang cukup luas. Meliputi 53 Desa di Jawa Barat dan beberapa desa di Dompu, Sulawesi.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
“Sehingga dengan begitu, terbangun governance desa dengan akurasi data yang baik. Melihat apabila pendataan melalui drone dan mapping tercapai lebih dari 40 persen,” ujarnya.
Ia mengatakan, penguatan tata kelola, mindset, aspek sosiologis, mental ke depannya harus lebih baik lagi lewat kolaborasi bersama IPB, Kementan, Kemendes. Sehingga pertanian semakin maju dan kewajiban pangan tercukupi.
“Semoga ke depan, kita bisa terus bersinergi,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman mengatakan, untuk mengembangkan ketahanan pangan nasional perlu ada perubahan pemikiran dari buruh tani menjadi pengusaha tani.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
“Kisah-kisah keberhasilan petani, harus diperbanyak dan disosialisasikan sehingga menjadi penggugah dalam menginovasi dan meneliti wilayah komersial,” kata Adhi.
Selanjutnya, kata Adhi, teknologi juga mempengaruhi keberlangsungan ketahanan pangan, sehingga diharapkan penelitian suatu inovasi (tekhnologi) didasari pada kebutuhan.
“Untuk industri makanan dan minuman, kalau bisa investasi difokuskan ke hulu dan intermediate untuk mengurangi ketergantungan bahan baku di industri hilir,” tambahnya.
“Melalui pasca panen sederhana di hulu yaitu pedesaan sebagai contoh tanaman Cabe,” ujarnya. (R/hju/RS2)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Mi’raj News Agency (MINA)