Palu, MINA – Seorang relawan medis dari Tim Wahdah Islamiyah, dr. Mujahid mengatakan bahwa sejumlah warga mengalami trauma fisik seperti patah tulang, luka ringan dan berat, penyakit pernapasan (ISPA) dan penyakit kulit serta trauma psikis.
“Dan juga akibat listrik yang belum menyala sejak gempa membuat Tim Medis hanya mengandalkan sumber cahaya seadanya, bahkan pencahayaan hanphone,” kata Mujahid dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (1/10).
Dia menambahkan, saat ini yang sangat dibutuhkan adalah pasokan untuk obat-obatan.
“Di antara pasien yang dirawat adalah Sultan (36) yang sehari-hari bekerja sebagai tukang las, pasien patah tulang di bagian paha itu menjelaskan saat gempa terjadi dirinya lagi bekerja kemudian jatuh dari ketinggian 6 meter,” katanya.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Lebih jauh dikatakan, korban lainnya adalah seorang ibu rumah tangga yang juga berada di tenda disebutkan oleh keluarganya mengalami trauma yang sama, dia terseret arus sejauh lebih 10 km dan ditemukan oleh keluarganya setelah dua hari dengan luka berat di sekujur tubuh.
Sebelumnya, Tim Medis Wahdah Islamiyah Peduli Gempa Sulewesi Tengah telah mengerahkan 14 orang relawan yang terdiri dari 3 dokter dan selebihnya tenaga perawat dan apoteker.
Layanan kesehatan awal di buka di posko Wahdah Islamiyah di Jl. Rappolinja Desa Tinggede Kecermatan Marowali Kabupaten Sigi, Sulteng.
Menurut tim medis tersebut, layanan telah dibuka sejak semalam selepas shalat Isya ini melayani 9 pasien. Baik yang datang langsung ke posko maupun yang di datangi langsung ke rumah-rumah warga terdampak gempa. (R/R03/RS3)
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Mi’raj News Agency (MINA)