Latipur-Nepal, 13 Sya’ban 1436/31 Mei 2015 (MINA) – Ribuan sekolah di Nepal telah dibuka kembali setelah lebih dari satu bulan negara itu dilanda dua gempa dahsyat dengan kekuatan sebesar 7,8 skala richter.
Siswa di seluruh negeri menghadiri kelas pada Ahad (31/5) di ruang kelas sementara, yang terbuat dari bambu di halaman sekolah.
Dua gempa besar terjadi pada 25 April dan 12 Mei menewaskan lebih dari 8.000 orang dan melukai sedikitnya 20.000 warga lainnya.
Dengan sebagian besar gedung sekolah rusak atau tidak aman, Kementerian Pendidikan Nepal memerintahkan dibangun kelas darurat di ruang kelas sementara.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Inspektur pemerintah yang dikirim ke sekolah-sekolah memberikan stiker hijau untuk bangunan yang aman atau stiker merah untuk yang rusak.
Al-Jazeera melaporkan seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), bangunan utama di Sekolah Menengah Tinggi di Lalitpur, dekat Kathmandu, rusak dan retak oleh gempa bumi.
“Mereka telah membangun sejumlah ruang kelas dari bambu, dengan bantuan UNICEF dan LSM lokal,” pernyataan Kementerian Pendidikan. Kementrian menambahkan bahwa anak sekolah merasa senang bisa kembali ke sekolah.
Iswor Man Bajracharyan, salah seorang kepala sekolah mengatakan bahwa ada perasaan lega untuk kembali ke sekolah.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
“Hari ini kami merasa lebih baik karena semua siswa telah kembali ke sekolah dengan bermain game dan menyanyikan lagu-lagu,” ujarnya.
Dia mengatakan itu tidak mudah bagi banyak orang untuk mienyesuaikan setelah gempa, meskipun sekolah dimulai lagi.
Dia menambahkan bahwa sekolah sedang menunggu pemerintah untuk menyediakan uang untuk membangun kembali bangunan utama.
Diperkirakan bahwa lebih dari 90 persen sekolah hancur di beberapa distrik seperti Gorkha, Sindhupalchok, dan Nuwakot. Hampir 24.000 ruang kelas rusak atau hancur.
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Pemerintah Nepal memperkirakan biaya rekonstruksi sekitar 7 milyar dolar (sekitar Rp92 triliun), dan bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk membangun negeri itu kembali. (T/P005/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan