Astana, MINA – Sebagai bagian dari upaya global untuk menormalkan hubungan antara Suriah dan Turkiye, putaran pembicaraan berikutnya tentang Suriah diadakan di ibu kota Kazakhstan, Astana, pada 20-21 Juni.
Beberapa delegasi diperkirakan akan menghadiri pembicaraan tersebut, termasuk wakil menteri luar negeri dari negara penjamin, yaitu Rusia, Turkiye, dan Iran, anggota pemerintah Suriah dan oposisi Suriah, pengamat, perwakilan PBB, Yordania, Lebanon, dan Irak. Al Mayadeen melaporkan.
Sidang terakhir digelar pada 22-23 November 2022 di Astana.
Rusia, Iran, dan Turkiye membentuk proses perdamaian Astana pada 2017 untuk mencari solusi atas masalah Suriah melalui upaya diplomatik PBB. Namun, lingkungan umum di sekitar proses ini menyiratkan bahwa itu tidak akan berjalan cepat, kecuali pasukan Turkiye benar-benar mundur dari Suriah utara, seperti yang diisyaratkan dalam pertemuan menteri pertahanan keempat negara pada 25 April.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Pada 4 April, selama pertemuan empat pihak di Moskow yang melibatkan asisten menteri luar negeri Suriah, Rusia, Iran, dan Turkiye, Suriah menetapkan tiga syarat untuk normalisasi hubungan dengan Turkiye.
Ini termasuk “mengakhiri kehadiran ilegal Turkiye di wilayah Suriah, tidak mencampuri urusan dalam negeri Suriah, dan memerangi terorisme dalam segala bentuknya.”
Pada 14 Juni, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov mengatakan, “peta jalan normalisasi sudah siap.”
Bogdanov menambahkan bahwa “tujuan kami di sini adalah negosiasi yang produktif dengan mitra kami dalam upaya ini. Kami berharap pertemuan baru di Astana akan memungkinkan kami untuk maju dengan perkembangan yang memuaskan.” (T/RI-1/P2)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan