Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sabar dalam Penantian untuk Meraih Pahala

Abu Al Ghazi - Jumat, 4 Maret 2016 - 19:29 WIB

Jumat, 4 Maret 2016 - 19:29 WIB

488 Views ㅤ

(foto: google)

(foto: google)

Oleh : Nezatullah Assiba’i, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam STAI Al -Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.

Penantian yang banyak dikenal dalam kalangan masyarakat luas merupakan sebuah perasaan yang tidak disukai. Bahkan kegelisahan jiwa, kebimbangan, kecemasan adalah bagian dari sketsa hidup di dunia.

Kegelisahan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan dalam hati. Dan juga keinginan dalam bertemu dengan pujaan hati, merupakan sebuah fitrah bagi setiap mahkluk yang ada di dunia.

Semua perasaan yang hadir tanpa disadari sebelumnya, hingga tanpa sadar telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Sebuah fitrah pula bahwa setiap wanita ingin menjadi seorang isteri ketimbang menjalani hidup dalam kesendirian. Dengan sentuhan kasih sayang, akan terbentuk jiwa-jiwa yang shalih dan shalihah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta

Sungguh mulia kedudukan seorang wanita, bila seorang wanita beriman yang mampu membina dan menjaga keindahan cahaya Islam hingga memenuhi setiap sudut rumah tangganya.

Ada beberapa hal yang dapat dikerjakan untuk menghadapi penantian, di antaranya:

Pertama, Bergantunglah kepada Allah

Allah berfirman,

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari

ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ (٢) لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ (٣)

Artinya: “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (2) Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, (3), (QS. Al-Ihklas: 2-3).

Dalam Islam, kehidupan manusia bukan hanya untuk dunia fana ini saja, karena masih ada akhirat.

Setiap manusia telah diciptakan berpasangan, namun tak hanya dibatasi dunia saja. Seseorang yang belum menemukan pasangan jiwanya, insya-Allah akan dipertemukan di akhirat sana. Selama beriman dan bertaqwa serta sabar atas ujian-Nya yang telah menetapkan dirinya sebagai orang yang bertaqwa.

Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman

Kedua, senantiasa berdoa kepada Allah

Berdoa merupakan suatu ibadah, bahkan menjadi otaknya ibadah. Karena, dengan berdoa jelas sekali memperlihatkan penghambaan manusia kepada Allah. Dengan berdoa kepada Allah insya-Allah akan terwujudlah harapan kita. Allah tempat kita meminta, tempat memohon, sedangkan hamba adalah makhluk yang selalu dalam kekurangan dan keterbatasan.

Allah berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ‌ۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ‌ۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِى وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِى لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ

Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 186).

Dalam firman lain juga Allah menjelasakan

لَهُ ۥ دَعۡوَةُ ٱلۡحَقِّ‌ۖ وَٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦ لَا يَسۡتَجِيبُونَ لَهُم بِشَىۡءٍ إِلَّا كَبَـٰسِطِ كَفَّيۡهِ إِلَى ٱلۡمَآءِ لِيَبۡلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَـٰلِغِهِۦ‌ۚ وَمَا دُعَآءُ ٱلۡكَـٰفِرِينَ إِلَّا فِى ضَلَـٰلٍ۬

Artinya: “Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya[769]. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.” (Q.S. Ar Ra’d: 14).

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia

Ketiga, Ikhtiar

Berikut ini adalah dalil tentang ikhtiar dalam alquran, Allah berfirman:

وَمَنۡ أَرَادَ ٱلۡأَخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعۡيَهَا وَهُوَ مُؤۡمِنٌ۬ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ ڪَانَ سَعۡيُهُم مَّشۡكُورً۬ا (١٩)

 Artinya: Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha (berikhtiar) ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya (ikhtiarnya) dibalasi dengan baik.” (Q.S. Al-Israa’ [17]: 19).

Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

لَهُ ۥ مُعَقِّبَـٰتٌ۬ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُ ۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِ‌ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِہِمۡ‌ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٍ۬ سُوٓءً۬ا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۥ‌ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ (١١)

Artinya: ” Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S. Ar-Ra’d: 11 )

Keempat, Ikhlas dalam ketentuan Allah

Berserah diri dan berpegang teguh kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, bisa juga di sebut Tawakal, yang merupakan sikap bersandar dan mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah.

Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global

Telah difirmankan oleh Allah di dalam Al-quran dalam Surat Al-A’rafayat 144 :

قَالَ يَـٰمُوسَىٰٓ إِنِّى ٱصۡطَفَيۡتُكَ عَلَى ٱلنَّاسِ بِرِسَـٰلَـٰتِى وَبِكَلَـٰمِى فَخُذۡ مَآ ءَاتَيۡتُكَ وَكُن مِّنَ ٱلشَّـٰكِرِينَ (١٤٤)

Artinya: “Hai Musa sesungguhnya Aku memilih [melebihkan] kamu dari manusia yang lain [di masamu] untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Q.S. Al-A’raf [7]: 144).

Kita telah diperintah oleh Allah untuk mengambil rezeki yang telah diberikan-Nya kepada kita dan setelah itu bersyukurlah atas rezeki yang telah diberikan-Nya.

Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim

Namun, marilah kita mencoba untuk merenungkan bersama. Bagaimana kita mau berlapang dada untuk menerima semua pemberian dari Allah dan lebihnya lagi kita bisa bersyukur atas pemberian-Nya.

Menerima bagian yang telah ditetapkan untuk kita, tidak selamnya rezeki dari Allah itu berupa uang. Namun bisa juga berupa kesehatan fisik, anak-anak shalih, tempat tinggal yang aman, ataupun yang lainnya. Dengan bersyukur dengan apa yang telah di miliki dapat membuat diri sendiri dan orang lain bahagia. Sehingga penantian itu tetap bernilai paha di sisi-Nya. Berbagai sumber. (nza/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina

Rekomendasi untuk Anda

girl's hand holding
Khadijah
Kolom
Ramadhan
Ramadhan
Ramadhan
Kolom