Bethlehem, MINA – Ummu Nidal Abu Aker (76), seorang Ibu yang menyantuni aktivis Italia pro-Palestina di rumahnya mengatakan, sebelum dideportasi Israel, Constantini dalam kegiatan sehari-harinya sering berkunjung ke rumah-rumah Palestina yang anggota keluarganya telah menjadi korban serangan Pasukan Israel.
Menurutnya, seperti dikutip dari PIC, Rabu (18/1), Stefania Constantini (50) dalam kesehariannya, ia pergi ke Nablus tiga kali dalam sepekan, mengunjungi ibu para syuhada dan mendukung mereka secara emosional.
“Dia juga suka mengunjungi makam para syuhada dan menaruh bunga di atasnya, dan dia biasa berpartisipasi dengan kami dalam pawai dan aksi damai,” ujarnya.
Ummu Nidal mengatakan, dia menjamu Constantini selama lima bulan. Pada pukul empat pagi, lantas pasukan besar tentara pendudukan menyerbu empat rumah milik anak-anak saya, dan mendobrak pintu rumah. Tentara memasuki kamar Constantini dan membawanya keluar.
Baca Juga: Israel Halangi Evakuasi Jenazah di Gaza Utara
“Seorang tentara menggendong Stefania di bahunya dari kamp ke kendaraan militer mereka,” ungkapnya sambil merekam kejadian itu.
Sebelumnya, Otoritas Pendudukan Israel mendeportasi Stefania Constantini sehari setelah penangkapannya dari kamp pengungsi Dheisheh, selatan Bethlehem, Senin (16/1).
Menurut sumber lokal, Pasukan Pendudukan menggerebek rumah jurnalis yang dipenjara, Nidal Abu Aker dan rumah ibunya pada Senin pagi (16/1) dan menangkap aktivis solidaritas Italia, Constantini.
Menurut klaim Otoritas Pendudukan, Constantini memasuki Palestina yang diduduki pada 2 Mei 2022 dengan visa turis dan menghabiskan sebagian besar waktunya di Tepi Barat dan telah melewati masa berlaku visa masuk yang diizinkan.
Baca Juga: Keluarga Tahanan Israel Kecam Pemerintahnya Sendiri
Constantini, seorang aktivis pro-Palestina itu mengatakan, dia dipukuli dan didorong ke tanah selama penangkapannya oleh sekitar 20 tentara di rumah tempat dia menginap.
Dia menambahkan, dalam pernyataannya kepada Kantor Berita Prancis, dari kota Pisa Italia, “Saya mencoba melawan, dan mereka sering memukuli saya. Mereka menutup mata saya, memborgol saya, dan meneriaki saya, mengatakan bahwa Saya seorang teroris.” (T/R12/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang