Sekjen OKI Bertemu Suu Kyi Bahas Muslim Rohingya

New York, 20 Dzulhijjah 1434/22 September 2016 (MINA) – Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Iyad Ameen Madani bertemu dengan Aung San , Penasihat Negara Pemerintah Myanmar, di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York, Rabu (21/9).

Dalam pertemuan tersebut, Suu Kyi menyampaikan tentang upaya pemerintah Myanmar untuk mempromosikan pemerintahan yang demokratis dan mengakhiri konflik agama dan rasial di negaranya, Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency) melaporkan dari sumber Saudi Press.

Sementara itu, Iyad Ameen Madani menyambut baik upaya pemerintah Myanmar, dan menyampaikan harapan OKI dalam perlindungan hak-hak asasi manusia dari komunitas , termasuk hak dasar mereka untuk kewarganegaraan.

Madani menyerukan upaya lebih untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di wilayah Arakan.

Madani menggambarkan, penganiayaan penduduk Rohingya oleh Myanmar sebagai tragedi HAM dan menyatakan keprihatinan OKI atas masalah ini.

“OKI telah sangat prihatin dengan Rohingya. Muslim di Myanmar telah mengalami kekejaman. Mereka sekarang bahkan sedang dirampas kebangsaannya. Kebangsaan telah diambil dari mereka,” kata Madani.

Sekjen OKI juga menekankan bahwa banyak dari mereka tinggal di kamp-kamp tanpa akses ke pendidikan, kesehatan dan perumahan.

Madani mengatakan bahwa sebagai sebuah organisasi, OKI aktif dalam forum internasional untuk membawa ini menjadi perhatian dunia.

“Forum terakhir adalah Dewan HAM PBB di Jenewa di mana resolusi dibuat berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh negara-negara anggota OKI. Yang jelas kita mengecam pemerintah Myanmar,” katanya.

Ia menambahkan, OKI juga berusaha untuk memulai dialog antara Muslim dan Buddha, dan dua pembicaraan telah diselenggarakan di Thailand dan Malaysia.

Myanmar sebuah negara dengan mayoritas warga Buddha 60 juta, yang telah lama berada pada kekuasaan militer. Transisi sejak tahun 2011 menuju demokrasi telah dirusak oleh kekerasan sektarian yang telah menewaskan lebih dari 240 orang dan mengakibatkan 240.000 lainnya kehilangan tempat tinggal.

Sebagian besar korban adalah warga Muslim Rohingya. Meskipun banyak dari keluarga mereka telah berada di negara itu beberapa generasi lalu. Namun, semua telah ditolak kewarganegaraannya oleh pemerintah. (T/P4/P001)

Mi’raj Islamic Nerws Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.