Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SEPERTI INI MAAFNYA UMAR BIN ABDUL AZIZ

Admin - Selasa, 30 Juli 2013 - 07:31 WIB

Selasa, 30 Juli 2013 - 07:31 WIB

740 Views ㅤ

Suatu malam, Umar bin Abdul Aziz masuk ke sebuah masjid bersama pengawalnya. Karena keadaan gelap, kaki Umar menyandung seseorang yang sedang tidur, sehingga orang tersebut terbangun kaget. Dengan kesal ia membentak Umar.

“Hei, apakah kamu ini gila?”

Gelapnya suasana saat itu membuat orang itu tidak tahu kalau yang dibentaknya adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Tapi Umar menjawab dengan tenang.

“Tidak, saya tidak gila. Saya mohon maaf karena telah menginjak kaki Anda dengan tidak sengaja.”

Baca Juga: Kisah Muchdir, Rela tak Kuliah Demi Merintis Kampung Muhajirun

Pengawal yang mengawal Umar menjadi marah. Ia hendak memukul orang itu. Namun Umar segera memegang tangan pengawalnya.

“Sabarlah. Orang ini hanya bertanya, apakah aku ini gila atau tidak? Lalu aku jawab bahwa aku tidak gila,” kata Umar kepada pengawalnya dengan berbisik.

Keduanya pun lalu berlalu.

Di hari yang lain, Umar bin Abdul Aziz mendapati salah seorang puteranya berlumuran darah dilukai oleh seorang anak  nakal. Orang tua si anak nakal itu segera menghadap ke Umar dan meminta maaf. Umar memaafkannya. Namun begitu mengetahui bahwa anak nakal tersebut adalah seorang yatim, Umar justeru memberikan uang kepadanya.

Baca Juga: Bashar Assad Akhir Rezim Suriah yang Berkuasa Separuh Abad

Tindakan Umar itu membuat isterinya heran.

“Wahai suamiku, anak itu telah melukai anak kita. Mengapa engkau malah memberinya uang?” tanya isteri Umar.

Sambil menenangkan istrinya, Umar menjawab, “Anak itu memang nakal. Namun ia adalah anak yatim yang harus kita bantu.”

Isteri Umar pun mengerti dengan apa yang dilakukan suaminya.

Baca Juga: Nama-nama Perempuan Pejuang Palestina

Di waktu yang lain, ketika ada orang yang memaki Umar bin Abdul Aziz, ia berkata, “Saudaraku, apakah engkau ingin aku kehilangan pahala di akhirat?”

Kearifan dan kebijaksanaan Umar tidak hanya dirasakan oleh orang-orang dekatnya, tapi oleh seluruh rakyatnya. Sering kali Khalifah shaleh ini memberikan nasehat kepada para pengawalnya.

“Hendaklah kalian bertakwa kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah hanya akan menerima amal dari orang-orang yang bertakwa. Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling ikhlas dan pemaaf. Siapa yang selalu berbuat baik di dunia ini, Allah akan berbuat baik kepadanya.”

Dalam detik-detik terakhir kehidupannya, ia meminta kepada isteri dan anak-anaknya agar keluar dari kamar. Ia memberi isyarat bahwa malaikat maut yang bertugas menjemputnya sudah berada di ambang pintu.

Baca Juga: Sosok Abu Mohammed al-Jawlani, Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham

Umar mengangkat kedua tangannya sambil membaca ayat Al-Qur’an:

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Kebahagiaan di kampung akhirat itu Kami sediakan hanya bagi mereka yang tidak suka menyombongkan diri dan melakukan kerusakan di muka bumi. Dari kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS. Al-Qashash [28] 83).

Semoga kita bisa meneladani segala kebaikannya. Amin. (P09/R2).

Baca Juga: Abah Muhsin, Pendekar yang Bersumpah Jihad Melawan Komunis

Rekomendasi untuk Anda