Naypyidaw, MINA – Myanmar mengalami pemadaman internet kedua pada Senin malam (15/2) setelah hari ke-10 demonstrasi menentang kudeta yang ditandai meningkatnya pengerahan pasukan keamanan dan korban cedera di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu.
Polisi telah menggunakan kekerasan untuk membubarkan protes.
Kelompok pemantau internet NetBlocks mengatakan, konektivitas turun menjadi 15 persen dari tingkat standar dalam semalam.
“#Myanmar berada di tengah-tengah penutupan internet hampir total untuk malam kedua berturut-turut,” pada 1 pagi waktu setempat (18:30 GMT), tweet NetBlocks pada Selasa pagi (16/2), Al Jazeera melaporkan.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan militer tentang “konsekuensi parah” untuk tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa, dan mengutuk pembatasan internet.
“Schraner Burgener telah menegaskan bahwa hak berkumpul secara damai harus sepenuhnya dihormati dan bahwa para demonstran tidak dikenakan pembalasan,” kata Juru Bicara PBB Farhan Haq di New York, merujuk kepada Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Majelis Umum Myanmar.
“Dia telah menyampaikan kepada militer Myanmar bahwa dunia sedang mengawasi dengan cermat, dan segala bentuk tindakan keras kemungkinan besar akan memiliki konsekuensi yang parah,” tambahnya. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar