Oleh : Fitria Rahmawati, Aktivis Syubban Fatayat Garut, Jawa Barat
Kehidupan manusia ibarat roda berputar, kadang di atas, kadang pula di bawah. Ada suka, ada duka. Kadang lapang, kadang sempit.
Bisa juga di satu kesempatan diliputi kemudahan, namun di sisi lain kesulitan juga mengelilinginya. kemudahan diciptakan bersama dengan kesulitan.
Kesulitan dan kemudahan bagaikan satu paket yang tidak terpisahkan. Begitulah sunatullah yang dijalankan Allah kepada makhluk-Nya. Setiap orang tentu pernah mengalaminya.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Begitulah memang dalam hidup ini, kita pasti selalu dihadapkan dengan masalah. Terkadang masalah yang datang dapat diatasi dengan mudah, tetapi adakalanya masalah itu sulit untuk diselesaikan. Kadang karena begitu susahnya, tidak jarang menjadikan orang-orang berputus asa, dan menyerah dengan masalah yang ia hadapi.
Berkaitan dengan ini, Allah mengingatkan di dalam firman-Nya :
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya: “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 5-6).
Kandungan ayat ini sangat menarik. Karena ada pengulangan di sana: sesudah kesulitan, ada kemudahan, dan sesudah kesulitan, ada kemudahan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, banyak ulama tafsir memahami arti “ma’a” (مع) dalam ayat tersebut yang arti harfiahnya adalah bersama, dipahami oleh sebagian ulama dalam arti sesudah.
Pakar Tafsir Az-Zamakhsyari menjelaskan bahwa penggunaan kata bersama walaupun maksudnya sesudah adalah untuk menggambarkan betapa dekat dan singkatnya waktu antara kehadiran kemudahan dengan kesulitan yang sedang dialami.
Selanjutnya, Quraish Shihab menjelaskan, ada juga ulama yang menyatakan, “Apabila terulang satu kata dalam bentuk definit maka kata pertama dan kedua mempunyai makna atau kandungan yang sama, berbeda halnya jika kata tersebut berbentuk indefinit.”
Pada ayat 5 kata “al-‘usr“ (العسر) berbentuk definit (memakai alif dan lam) demikian pula kata tersebut pada ayat 6. Ini berarti bahwa kesulitan yang dimaksud pada ayat 5 sama halnya dengan kesulitan yang disebutkan pada ayat 6, berbeda dengan kata “yusran” (يسرا) atau kemudahan.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Kata tersebut tidak dalam bentuk definit, sehingga kemudahan yang disebut pada ayat 5 berbeda dengan kemudahan yang disebut pada ayat 6, hal ini menjadikan kedua ayat tersebut mengandung makna “setiap kesulitan akan disusul atau dibarengi dengan dua kemudahan.”
Pernyataan ini diperkuat oleh penjelasan dari Imam Malik yang meriwayatkan bahwa Abu ‘Ubaidah Ibn al-Jarrah, sahabat Nabi Muhammad, yang memimpin pasukan Islam menghadapi Romawi pada masa pemerintahan ‘Umar Ibn al-Khatab
Ia menyurati khalifah ‘Umar sambil menggambarkan kekhawatiran akan kesulitannya melawan Romawi. Maka jawaban yang diterimanya dari Khalifah adalah, “Bila seorang mukmin ditimpa suatu kesulitan, niscaya Allah akan menjadikan sesudah kesulitan itu kelapangan, karena sesungguhnya satu kesulitan tidak akan mampu mengalahkan dua kelapangan.”
Berdasarkan penjelasan diatas, seharusnya kita yakin dan paham betul bahwa di balik kesulitan terdapat kemudahan yang akan datang setelahnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Jadi, tidak seharusnya kita menjadi hamba yang berputus asa ketika menghadapi masalah sesulit apapun dalam hidup ini. Semoga Allah berikan kita kemudahan dalam setiap kesulitan yang kita hadapi. Aamiin. (A/Fit/RS2/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang