Oleh:Rifa Berliana Arifin, Redaktur MINA
Dunia menyaksikan, Cina telah unggul dari Amerika Serikat dalam hal ekonomi, Cina menjalin kemitraan kerjasama ekonomi dengan lebih dari 100 negara dibandingkan dengan Amerika Serikat yang tercatat hanya bermitra setengah dari Negara mitra Cina. Meskipun sekarang pertumbuhan ekonomi Cina sedikit melambat tetapi per-tahunnya selalu meningkat sampai 6% di atas pertumbuhan nilai ekonomi Amerika Serikat.
Selain mendominasi di bidang Ekonomi, Cina juga sudah menerapkan strategi ekspansi ke bidang militer dan energi dengan membangun aliansi militer ke berbagai Negara seperti Rusia, dan menerapkan grand strategi energi ke wilayah Asia Tenggara serta Afrika.
Cinajuga berencana melakukan eksplorasi ke ruang angkasa dengan menerapkan Space Minning untuk membuat pemukiman cadangan di Mars dan mendapat energi terbarukan serta berupaya menandingi Amerika Serikat di bidang antariksa.
Baca Juga: Piala AFF 2024: Timnas Indonesia Menang Tipis 1-0 atas Myanmar
Tidak terhenti di situ, keunggulan Cina dalam pentas olahraga dunia pun luar biasa, prestasinya cukup menyilaukan beberapa negara maju sampai negara berkembang. Misalnya dalam perhelatan Olimpiade 2020 yang sedang digelar tahun ini di Tokyo, Jepang. Cina berhasil menyabet 23 medali emas dari beberapa cabang olahraga, sementara Amerika Serikat masih 20 medali emas disusul Jepang 17 medali dan Australia 14 medali.
Dalam beberapa sumber artikel yang penulis telusuri bagaimana Cina bisa mencapai puncak itu, apa yang Cina persiapkan, bagaimana Cina melakukannya. Inilah rahasia kehebatan Cina pada Olimpiade;
Cina mempersiapkan atlet-atlet olahraga begitu serius, bukan bulanan atau tahunan bahkan sejak para atlet tersebut masih kecil, mereka sudah berlatih secara intensif. Salah satunya pemain bulutangkis Chen Long yang hari ini 1/8 berhasil masuk babak final setelah menjegal pemain Indonesia Ginting, Chen Long masuk sekolah olahraga pada usia 7 tahun.
Cina menyadari, secara fisik mereka kalah dibandingkan dengan negara-negara Barat. Jadi, tidak ada jalan lain selain memperkuat latihan.
Baca Juga: Hendra Setiawan Umumkan Pensiun Usai Indonesia Masters 2025
Cina telah berpartisipasi dalam Olimpiade sejak 1928, tetapi tidak pernah memenangkan medali. Bahkan saat itu ada ejekan terhadap Cina “Sick Man of Asia”. Saking lemahnya dan tidak atletis.
Setelah tahun 1949, Cina terbelah menjadi dua negara; Republik Cina atau sekarang disebut Taiwan, dan satunya adalah Republik Rakyat Cina (RRC) yang berhaluan komunis.
RRC memboikot Olimpiade 1956-1976 disebabkan adanya Republik Cina. Tapi setelah Republik Cina berubah nama menjadi Cina Taipei, RRC ikut Olimpiade 1984. RRC adalah Cina yang kita kenal sekarang.
Keputusan Cina ikutserta pada Olimpiade tahun 1984 cukup mengejutkan. Setidaknya mendapat 15 medali emas, 13 diantaranya dari cabang senam, angkat besi, menembak dan menyelam.
Baca Juga: Kejutan Timnas Kamboja di Piala AFF, Ada 7 Pemain Naturalisasi
Jauh hari sebelum tahun 1984 Cina memang telah membidik cabang ini karena paling cocok dengan fisik orang Cina setelahnya tenis meja dan bulutangkis.
Para atlet dilatih keras khususnya pada cabang olahraga yang memiliki potensi kemenangan lebih besar dibanding cabang lainnya. Para atlet dipersiapkan sejak dini antara usia 6-7 tahun, maka ketika mereka sampai pada usia sama dengan atlet negara lain, para atlet Cina sudah menerima latihan berkali-kali lipat dibanding yang lain.
Sebagian besar atlet ini berasal dari keluarga miskin. Memenangkan medali Olimpiade dipandang sebagai jalan pintas untuk keluar dari kemiskinan karena pemerintah Cina menjanjikan segala macam penghargaan dan imbalan, sehingga mereka mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh. Maka segala jenis rasa sakit adalah konsekuensi yang harus ditanggung.
Akhirnya pada tahun 1984, Cina meraih posisi ke-4 dari segi jumlah medali. Tahun 1988 ke-11, tahun 1992 ke-4, tahun 1996 ke-4, tahun 2000 ke-3, tahun 2004 ke-2.
Baca Juga: Piala AFF Wanita, Timnas Indonesia Melangkah ke Final
Maka untuk memastikan Cina menjadi No.1 juga saat itu menjadi tuan rumah Olimpiade 2008, Cina meluncurkan proyek untuk para atlet muda yang diberi nama “Proyek 119” yang mengajak atlet dan kaum muda berfokus pada olahraga yang kurang dikuasainya.
Dan seperti yang diharapkan oleh Cina, Cina mendapat 48 medali emas yang melampaui AS yang mendapat 36 emas selama Olimpiade 2008. Dari 48 emas tersebut, ada 13 cabang olahraga 6 diantaranya adalah bukan cabang keahlian Cina sebelumnya.
Sejak itulah Cina mendapat julukan “sports superpower” sebanding dengan AS, Rusia, Inggris dan Jerman.
Keberhasilan Cina ini direfleksikan dalam 3 pilar strategi: pertama, fokus pada bidang yang sesuai dengan fisik atlet, kedua, latihan sangat keras dan disiplin, ketiga, motivasi yang kuat antaranya bercita mengalahkan Amerika Serikat. Ketiga strategi inilah yang menggenjot kehebatan olahraga Cina.
Baca Juga: Ruud van Nistelrooy Resmi Jadi Manager Baru Leicester City
Maka ada slogan yang populer saat itu, “体育强则中国强” yang artinya “Olahraga kuat, Maka Cina akan kuat”.
Akan tetapi di sisi lain ada pekembangan baru, semakin kuat dan kaya Cina, semakin sedikit keluarga yang mau menyekolahkan anaknya menjadi atlet karena sudah ada berbagai pilihan karir yang lebih menjanjikan dan prestige.
Cina pun mencari cara baru untuk mempertahankan keunggulannya pada olahraga, karena cara lama tidak lagi cocok dengan situasi sosial dan ekonomi yang saat ini semakin berkembang.(A/A1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi