Jakarta, MINA – Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Aat Surya Safaat mengapresiasi upaya lembaga kemanusiaan MER-C Indonesia yang dalam waktu dekat akan mengirimkan tim medis untuk menolong korban bencana gempa bumi dahsyat di Afghanistan.
“Kepedulian MER-C Indonesia untuk menolong korban bencana alam di Afghanistan yang terjadi pada 22 Juni 2022 dan di tempat-tempat lainnya merupakan ‘Patriot Call’, yaitu sebuah panggilan pengabdian atau panggilan patriotis untuk memberikan pertolongan bagi mereka yang terkena musibah,” kata Aat dalam perbincangan dengan wartawan di Jakarta, Senin (27/6).
Ketua Bidang Luar Negeri SMSI mengemukakan keterangan tersebut terkait kesiapan MER-C Indonesia yang akan segera mengirimkan tim medis untuk menolong korban gempa bumi di Afghanistan.
Gempa bumi berkekuatan M 6,1 itu terjadi sekitar 44 kilometer (27 mil) dari kota Khost yang terletak di dekat perbatasan Afghanistan dengan Pakistan.
Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas
Gempa terjadi dini hari waktu setempat ketika warga sedang tertidur sehingga banyak yang tidak dapat menyelamatkan diri.
Data sementara menyebutkan, sedikitnya 1.000 orang meninggal dunia dan 1.500 lainnya mengalami luka-luka. Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah seiring masih dilakukannya pencarian korban yang tertimpa reruntuhan bangunan.
Sementara MER-C Indonesia sendiri sebagai lembaga kegawatdaruratan medis telah melaksanakan lebih dari 300 misi kemanusiaan dengan melakukan pertolongan terhadap korban bencana alam seperti gempa bumi dan tanah longsor atau korban perang dan konflik, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Khusus misi kemanusiaan yang dilakukan MER-C Indonesia di negara-negara lain yang terkena musibah, Aat menilai bahwa lembaga kemanusiaan itu sejatinya telah secara efektif melaksanakan peran “Second Track Diplomacy” (diplomasi jalur kedua).
Baca Juga: Tiba di Inggris, Presiden Prabowo Hadiri Undangan Raja Charles III
Dalam hubungan internasional, diplomasi tradisional atau yang dikenal dengan istilah “first track diplomacy” (diplomasi jalur pertama) yang hanya melibatkan pemerintah relatif tidak efektif dalam rangka menyampaikan pesan-pesan diplomasi, termasuk dalam memberikan bantuan terhadap suatu negara yang tengah tertimpa musibah.
Maka, menurut Kepala Biro ANTARA di Markas Besar PBB New York periode 1993-1998 yang juga pernah menjadi Direktur Pemberitaan ANTARA 2016 itu, aktivitas diplomasi yang melibatkan peran publik seperti yang dijalankan MER-C Indonesia di Afghanistan sangat dibutuhkan untuk melengkapi aktivitas diplomasi tradisional yang dijalankan Pemerintah.
Sementara itu, Ketua Presidium MER-C Indonesia Dr Sarbini Abdul Murad dalam jumpa pers pada 25 Juni 2022 menyebutkan, sesuai dengan karakteristik bencana gempa bumi, tim yang disiapkan oleh MER-C untuk menolong korban gempa bumi di Afghanistan adalah Tim Bedah yang terdiri dari Dokter Spesialis Bedah Orthopedi, Dokter Umum, dan Perawat.
MER-C Indonesia juga meminta kepada Pemerintah Indonesia agar mengirimkan Tim Kesehatan Gabungan ke Afghanistan yang terdiri dari sipil dan aparat yang dikomandoi oleh TNI untuk bisa segera memberikan pertolongan kepada para korban.
Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo
Sebelumnya Pemerintah Indonesia pernah mengirimkan Tim Kesehatan Gabungan saat terjadinya gempa besar di Bam Iran pada 2004, dimana dua dokter MER-C ikut bertugas dalam tim tersebut.
Ketua Presidium MER-C Indonesia juga mengajak para donatur untuk memberikan bantuan kepada para korban gempa di Afghanistan melalui Rekening Donasi Misi Kemanusiaan MER-C untuk Afghanistan di BSI (ex BSM) dengan Nomor Rek. 701.565.8918 atas nama Medical Emergency Rescue Committee.(L/RS1/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah