SQABM Jajaki Kerja Sama Antardesa Bangun Program Lembaga Tahfiz Online

Dalam rangka mendakwahkan  Al-Quran secara luas ke pelosok negeri, Sekolah Tinggi Abdullah Bin Masud () yang berpusat di Ponpes Shuffah Hizbullah Natar, Lampung Selatan, berencana menjajaki kerja sama antardesa untuk membangun program lembaga tahfiz modern dan online di desa-desa.

Heri Budianto, M.T. Wakil ketua II SQABM sekaligus Kepala Bidang Pengembangan dan Kerja Sama mengatakan, pihaknya sudah melakukan survei ke beberapa lembaga tahfiz besar di Sumatera dan Jawa, mereka pun sangat terbatas menerima para calon hafiz maupun hafizah.

“Animo masyarakat terhadap lembaga tahfiz kian hari kian membludak, hanya terkendala beberapa faktor, membuat masyarakat belum memasukkan anaknya ke lembaga-lembaga tahfiz, terutama sekali lembaga tahfiz besar, di antaranya terbatasnya lembaga tahfiz menerima santri dan juga faktor biaya. SQABM insya-Allah akan hadir mencoba memberikan solusi atas masalah ini, terutama sekali di desa-desa,” kata Heri.

Menurutnya, kondisi ini terjadi karena keterbatasan SDM dan fasilitas, sementara di bidang program pengajaran sudah cukup tertata rapi. Akibatnya banyak yang belum bisa langsung diterima.

Selain itu juga, faktor ekonomi yang membuat anak-anak di desa belum banyak bisa masuk karena beberapa sebab, yaitu perlunya biaya akomodasi dan konsumsi selama mondok, komponen yang di dibutuhkan untuk pembelajaran Al-Quran yang tersistem dan modern, termasuk biaya operasional pengelolaan pendidikan yang cukup besar. Akhirnya masyarakat lebih memilih memprioritaskan menyekolahkan anak-anak di sekolah umum, terutama negeri karena keringanan biaya, bahkan sekarang banyak yang gratis.

Program SQABM bukan dalam bentuk top down, lembaga akan membiayai, tetapi pada pemberdayaan dalam. Bentuk button up yaitu masyarakat sendiri bersama pamong desa menyiapkan fasilitas dan perangkat pendukung SQABM, dalam bentuk program yang tersistem dan terkonek secara online ke program Laboratorium Bahasa dan Al Quran SQABM, serta pendampingan atau konsultan. Adapun kurikulum pembejaran mengaju ke SQABM, tentu saja tetap fleksibel mengikuti keadaan desa.

Heri mengatakan bahwa program ini merupakan kelanjutan dari Komunitas Belajar Al-Quran  (Komjaraq) online yang dirintis oleh Shuffah Al-Quran lima tahun lalu. Hanya hasil dari evaluasi program ini, Heri mengakui, program tersebut memiliki banyak keterbatasan saat di laksanakan di lapangan, di antaranya jaringan internet, SDM dan biaya aplikasi yang sangat tinggi waktu itu.

“Ini program lanjutan kita setelah banyak kendala yang kami hadapi, karena tidak semua desa memiliki akses internet dan alat yang memadai, selain SDM dan biaya internet sangat mahal pada waktu itu. Tapi sekarang sudah berubah. Jaringan internet sudah masuk desa dan relatif mudah. SDM kita mahasiswa Al-Quran yang akan bertindak sebagai operator, sudah tersedia dan aplikasinya sangat sederhana, mudah dipelajari dan cukup berkelas karena dipakai untuk kampus-kampus internasional, relatif terjangkau. Maka dengan didukung oleh perangkat desa beserta pamong dan masyarakatnya, kita optimis program mendirikan lembaga tahfiz online ini akan terwujud di masyarakat di desa-desa. Sehingga masyarakat cinta membaca Al-Quran di desa dapat terealisasi yang akhirnya desa tersebut insya-Allah diberkahi dan dirahmati Allah baik dari langit maupun bumi atau lingkungannya,” katanya.

 

Komunitas Belajar Al-Quran (Komjaraq)

Ada dua jenis kelas SQABM yang terbuka untuk umum. Pertama, Sistem Reguler, yaitu kuliah bagi mahasiswa yang menginginkan nantinya mendapat ijasah S1, yang memenuhi kriteria sebagai sarjana. Kuliah dengan tutorial sistem klasikal langsung di kampus, selama empat tahun atau delapan semester (153 sks).

Kedua, Sistem Kuliah Online yang bisa diikuti siapa saja, dari mana saja dan kapan saja. Program ini bisa diikuti secara individu, dengan mendaftar melalui online di website shuffahalquran.ac.id atau melalui Komunitas Belajar Al-Quran Jarak Jauh (Komjaraq), atau tahfiz-tahfiz online yang akan kita bangun nanti.

Kelas-kelas bersama Komjaraq mendapat respon positif dari umat Islam di daerah-daerah lima tahun yang lalu, seperti di Semarang, Wonogiri, Yogyakarta, Bandung, Bogor, Bekasi, Samarinda, dan lainnya. Bahkan beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di luar Indonesia, ikut serta dalam program belajar Al-Quran online ini, seperti di Malaysia, Tailand dan Filipina.

Dengan berbekal pengalaman selama lima tahun dan pembenahan-pembenahan sistem dan SDM, Heri yakin program ini akan terealisasi lebih baik lagi. Dan, ini sudah terealisasi di lingkungan SQABM, mahasiswa-mahasiswi belajar tahfiz tidak lagi offline atau tatap muka, tapi secara online. Hasilnya sangat menggembirakan, lebih cepat dan bersemangat tanpa mengurangi kualitas keterampilan membaca dan menghafal Al-Quran yang sudah digariskan para alim ulama ahli Al-Quran (bersanad).

Akhir Februari 2019, program ini akan di-launching secara bertahap di lima desa Natar dan Gedong Tataan, sesuai kesepakatan dengan kepala desa selama tiga bulan dalam bentuk Program Pengenalan Lapangan (PPL) Mahasiswa/wi SQABM. (A/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.