Tidore, MINA – Sultan Tidore H. Husain Alting Sjah, meluncurkan Kalender Islam (Hijriah) Kesultanan Tidore. Peluncuran digelar di halaman Kedaton Kie Kesultanan Tidore Kota Tidore Kepulauan, Sabtu (30/9).
Kalender ini telah digunakan Kesultanan sejak ratusan tahun lalu secara lisan, tetapi baru ditulis saat ini dan menjadi yang pertama di Kesultanan di Maluku Utara.
Sultan Husain menyampaikan, naskah yang menjadi rujukan ini, bertebaran cukup lama di orang tua-tua atau para Gosimo yang ada di Tidore. Salah satunya ada di Tete Ning, sebutan akrab kakek Ishak Naser.
Naskah tersebut turun-temurun dari trah Kalfangare, kemudian dirawat dan dijaga sedemikian rupa sampai di Ishak Naser, orang yang dituakan di marga mereka. Ini juga dikombinasi dengan marga yang lain di Soasio, Gamtufkange, hingga sampai ke Toloa, karena ada kaitan dengan trah dari Fabanyo.
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris
Ia mengatakan, naskah ini adalah langkah untuk mengungkap kembali apa yang selama ini tersimpan, dan seharusnya diketahui publik.
Ketua tim penyusun kalender Tidore, Ishak Naser usai peluncuran mengatakan, kelender ini dibuat untuk menyikapi perbedaan pandangan umat Muslim dalam penentuan hari besar Islam. Pihak kesultanan menginginkan ada rujukan yang lebih kuat dalam penetapan satu Syawal dan Ramadan.
Menurut Ishak perbedaan dalam penetapan 1 Syawal atau 1 Ramadhan tidak dapat dianggap remeh karena berdampak pada pelaksanaan rukun Islam.
Dalam Kalender Tidore ini, pihaknya menggunakan metode yang diwariskan oleh para orang tua yang saat ini ditemukan dalam naskah tua.
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina
Ishak mengatakan, berdasarkan sumber-sumbernya bisa ditelusuri dengan jelas, karena metodenya tetap dua.
“Kita merujuk ke naskah tua Alfalaq Alkamaria dan juga harus diikuti dengan Ruyatulhila, terutama pada 1 Ramadan itu, dalam hadis Nabi harus memastikan melihat hilal,” kata Ishak.
“Apabila tidak melihat hilal, baru menggunakan hisab. Hisab ini digunakan jika kondisi alam tidak memungkinkan mengamati hilal. Dalam situasi begini, teknologi, alat-alat yang kita pakai bisa salah atau keliru,” tambahnya.
Lebih lanjut Ishak mengatakan, Kalender Kesultanan Tidore ini akan berlaku selama 100 tahun, yang dimulai dari 1445 hijriah. Tapi telah dilakukan persiapan sejak tanggal 5 Syawal 1444 hijriah.
Baca Juga: KNEKS Kolaborasi ToT Khatib Jumat se-Jawa Barat dengan Sejumlah Lembaga
“Kita menyusun, memastikan satu Muharam 1445 sebagai starting point,” tuturnya.(T/R7/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [BEDAH BERITA MINA] ICC Perintahkan Tangkap Netanyahu dan Gallant, Akankah Terwujud?