Praha, MINA – Pemerintah Ceko melonggarkan sebagian besar pembatasan akibat Covid-19. Orang-orang di Republik Ceko tidak lagi harus menunjukkan sertifikat vaksin mulai Kamis (10/2) untuk mendapatkan akses ke bar, restoran, kafe, dan penata rambut, serta acara olahraga dan budaya.
Perdana Menteri Ceko Petr Fiala mengatakan pemerintahnya akan mencabut pembatasan lebih lanjut selama Februari, tergantung pada perkembangan pandemi. Seluruh pembatasan akan dicabut pada 1 Maret, euronews melaporkan.
Menteri Kesehatan Ceko Vlastimil Valek mengatakan mulai 19 Februari, hingga 5.000 orang akan diizinkan untuk menghadiri konser, kompetisi olahraga, dan lainnya di mana para pengunjung duduk. Jumlah ini naik dari 1.000 saat ini.
Sebelumnya, pemerintah telah memutuskan untuk mengakhiri wajib tes virus corona di sekolah dan perusahaan.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Kasus virus corona turun dari rekor harian lebih dari 57.000 pada 1 Februari menjadi 37.600 pada Selasa, masih merupakan peningkatan harian tertinggi ketujuh sejak awal pandemi.
Republik Ceko telah mencatat 3,3 juta infeksi dan 37.612 kematian terkait virus selama pandemi.
Negara berpenduduk 10,5 juta ini memiliki lebih dari 6,8 juta orang yang divaksinasi lengkap dan hampir 3,9 juta orang telah menerima suntikan booster.
Negara Eropa lainya, Swedia, mencabut hampir semua pembatasan mulai Rabu, ketika pandemi memasuki apa yang digambarkan sebagai “fase baru” dengan dominasi varian Omicron yang menular tetapi tampaknya tidak terlalu parah.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Di antara perubahan itu, bar dan restoran lebih lama ditutup pada pukul 11 malam dan aturan tentang pertemuan akan dilonggarkan. termasuk persyaratan vaksinasi untuk memasuki tempat-tempat umum juga dihapus, seperti rekomendasi memakai masker di transportasi umum selama periode sibuk.
“Pandemi belum berakhir, tetapi kita memasuki fase yang sama sekali baru … pengetahuan telah meningkat … beberapa penelitian menunjukkan Omicron menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah,” kata Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson pekan lalu, saat mengumumkan langkah tersebut.
“Meskipun varian Omicron menyebabkan lonjakan infeksi, itu tidak berarti peningkatan rawat inap untuk bentuk penyakit yang parah di negara di mana populasinya divaksinasi secara luas. Lebih dari 83% populasi di atas 12 tahun telah menerima dua dosis vaksin hingga saat ini, dan hanya di bawah 50% yang telah menerima tiga dosis,” ujarnya.
“Jika “penilaian keseluruhan menunjukkan kita dapat mulai kembali normal”, pemerintah “akan terus mewaspadai evolusi pandemi”, kata Menteri Kesehatan Swedia Lena Hallengren.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Kembali ke tempat kerja akan dilakukan secara bertahap, seperti halnya pengajaran tatap muka di pendidikan tinggi. Rekomendasi untuk tinggal di rumah bagi orang yang menunjukkan gejala Covid tetap berlaku.
Pembatasan perjalanan dari negara-negara Uni Eropa lainnya, Wilayah Ekonomi Eropa dan negara-negara Nordik dicabut mulai Rabu. Sedangkan pembatasan perjalanan dari seluruh dunia akan berakhir pada akhir Maret.
Beberapa rekomendasi tetap berlaku untuk yang tidak divaksinasi seperti menghindari keramaian di dalam ruangan.
Angka terbaru menunjukkan total 16.028 kematian yang dikonfirmasi dari virus corona di Swedia, yang menempatkan negara itu sejajar dengan rata-rata Eropa tetapi secara signifikan lebih tinggi daripada tetangganya di Norwegia, Finlandia, dan Denmark.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Pekan lalu, Denmark menjadi negara Uni Eropa pertama yang mencabut hampir semua pembatasan virus corona. Itu dengan cepat diikuti oleh Norwegia, di mana Perdana Menteri Jonas Gahr Store mengatakan masyarakat harus “hidup dengan” virus. (T/R7/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza